Breaking News:
|
Anda ingin beramal?, satu klik anda sangat berharga bagi kami, silakan klik iklanSittidibawah ini, setelah itu bagikan artikel ini, terimakasih kami ucapkan kepada anda

Sang penguasa

Penulis : Ekta Yudha Perdana

Manusia ingin dipuji sebab manusia masih seorang manusia. Melihat ke atas lebih suka dari pada melihat ke bawah, masih dikatakan  manusia. Banyak dosa kadang masih merasa suci, itu pun sombongnya manusia. Kekurangan diri lebih banyak dari pada kelebihan diri tapi merasa hebat. Itu bagian dari sifat manusia.

Dimana ada masyarakat maka di sana ada namanya pemimpin. Strata sosial itu dilihat dari kaya atas miskin, pandai terhadap bodoh, bahkan keturunan pun mempengaruhi strata sosial. Manusia keturunan Raja maka darah yang mengalir pun masih berbau kekuasaan, walaupun masih sama - sama berwarna merah. Mereka punya gelar, mereka punya jabatan dan sebagai penguasa dimasyarakat tempat mereka berdiri. Siapa yang kuat maka dialah Raja.  

Kita keluar dari universitas maka akan dapat gelar, orang tidak masuk kampus tidak mendapatkannya. Padahal ketika dia di kampusnya pun, tidak belajar, tidak pernah baca buku, menulis pun malas, kerjanya shopping, main - main. Tapi disebabkan dia lulus maka mendapatkan gelar dan lulusnya pun karena menyogok rektor.

Orang yang turun dari Perdana Menteri mendapatkan gelar juga sebab sudah berjuang buat negara, walaupun ketika dia memimpin banyaknya skandal korupsi, ketidakadilan selama mempimpin, itu pun masih mendapatkan gelar, sebab sudah menjadi perdana menteri. Ternyata manusia itu perlu dengan gelaran- gelaran yang membedakan strata sosial dimasyarakat untuk diakui eksistensinya sebagai makhluk. 

Dari situ sudah bisa kita ketahui, bahwa manusia akan segan, takut  kepada orang yang telah mendapatkan gelar duniawi itu. Padahal Allah memuliakan manusia dengan gelar Takwa kepada orang yang beriman dan beramal soleh. Allah melihat seseorang itu dari ketakwaannya, bukan dari gelar duniawi itu semua. 

Yang disayangkan adalah kita terlalu berharap orang memuja kita, mengagumi kita dari gelar- gelar  yang diberikan oleh universitas atau pun negara. Memang kecintaan akan pujian adalah bagian dari sifat manusia, tapi bukan berarti tidak bisa ditekan dengan keimanan, bukan?  

Sekarang yang terpenting, sejauh mana kontribusi kita buat masyarakat, manfaat yang diterima masyarakat oleh kehadiran kita di antara mereka. Adakah manfaat yang masyarakat terima atau dapatkan dari adanya kita di antara mereka atau malah kita menjadi sampah masyarakat? 

Ada yang mengambil kesempatan sebab telah mendapatkan gelar dengan cara berbuat sesuka hati, merampas hak orang lain, sebab negara tidak berani berbuat apa- apa atau menghukum orang itu dikarenakan mempunyai gelar.

Berperan di atas dunia dengan melakukan terbaik buat semua orang yang ada, memberikan terbaik dari apa yang kita bisa. Adalah satu keharusan yang kita perjuangankan. Jadilah orang yang harum namanya walau tanpa gelar dan janganlah jadi orang yang selalu mencari gelar dengan tujuan ingin mendapatkan pujian orang.

Allahlah sebaik-baiknya pemberi gelar dan ketakwaanlah gelar bagi orang yang selalu berbuat baik dan beramal soleh.


Waalahu a'lam

Posted by Pelatihan blog4 on 03.07. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added