Breaking News:

Semantik (Ma`ani)

Penelitian huruf-huruf Istifham
Hamzah (أ) dan Hal (هل)[1]
Oleh: Muhammad Syafi`i Tampubolon

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-qur`an sebagai pedoman hidup makhluknya didunia dan pedoman menuju akhirat. Sholawat dan salam kehadirat rasulullah Saw, semoga kita mendapatkan syafaatnya diyaumil akhir nanti kelak.

Penulis sebelumnya mengucapkan terimakasih banyak kepada sahabat2 dan rekan2 yang telah berpartisipasi dalam pemakalahan ini. Penulis bukan bertujuan untuk menafsirkan kalam Ilahi, namun tujuan penulis disini adalah untuk mengajak rekan2 untuk menyantap hidangan yang telah disediakan oleh Allah dan digodok oleh para ulama hingga menjadi sebuah santapan yang menyehatkan bagi ruhani para umat islam secara khusus.

Semoga dengan teks singkat ini saudara2ku bisa menikmati khazanah keislaman yang mungkin bisa menambah kegemaran membaca kitabullah dan memikirkan setiap kalimatnya. Penulis tidak akan membahas secara rinci, namun hanya bersifat secara pemberitahuan dan sedikit penjelasan, adapun penelitiannya bisa didiskusikan. Wallahu a`lam.

Ayat-ayat yang terdapat hamzah dan hal istifham didalam juz 28.
1- Surat Al-Mujādilah: 7. ألم تر .
2- Surat Al-Mujādilah: 8. ألم تر .
3- Surat Al-Mujādilah: 13 أَأَشْفَقْتُمْ .
4- Surat Al-Mujādilah: 14. أَلَمْ تَرَ إِلَى .
5- Surat Al-asyr: 11. أَلَمْ تَر إِلَى .
6- Surat A-af: 10. هَلْ أَدُلُّكُمْ.
7- Surat At-Taghābun: 5. أَلَمْ يَأْتِكُمْ.
8- Surat At-Taghābun: 5. أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا.

Pendapat ulama tentang makna hamzah dan hal istifham secara semantik didalam juz 28.

1- Surat Al-Mujādilah: 7. ألم تر . Istifham disini untuk Takrir ((للتقرير)).[2]
2- Surat Al-Mujādilah: 8. ألم تر . Istifham disini untuk Taqrir ((للتقرير)).[3]
3- Surat Al-Mujādilah: 13 أَأَشْفَقْتُمْ . Huruf istifam disini untuk Taqrir ((للتقرير)).[4]
4- Surat Al-Mujādilah: 14. أَلَمْ تَرَ إِلَى . Huruf istifam disini untuk Ta`Jib ((للتعجيب)).[5] Istifham disini untuk Taqrir ((للتقرير)).[6]
5- Surat Al-asyr: 11. أَلَمْ تَر إِلَى . Huruf istifham untuk Taqrir ((للتقرير))[7]
6- Surat A-af: 10. هَلْ أَدُلُّكُمْ. Huruf istifham untuk Tasywiq dan Tahdid kepada Amar.((للتشويق والتحضيض إلى الأمر المدلول عليه)).[8] Makna istifham disini untuk ikhbar dan ijab((الإخبار والإيجاب)).[9]
7- Surat At-Taghābun: 5. أَلَمْ يَأْتِكُمْ. Huruf istifham disini untuk Taqrir dan Tabkit ((للتقرير والتبكيت)).[10] istifham disini untuk Ingkary dan Taubikhy, atau TaqriryTaubikhy ((للإنكاري والتوبيخي, أوالتقريري التوبيخي)).[11]
8- Surat At-Taghābun: 5. أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا. Huruf istifham disini untuk Ingkar ((للإنكار)).[12]Istifham disini untuk Ingkary ((للإنكاري)).[13]

Ruang lingkup semantik (Maani[14]):

1- التَّسْوِيَةُ (Penyamaan)
2- الإِنْكاَرُ التَّوْبِيْخِي (Mengingkari keadaan yang tercela)
3- الإنكار الإِبْطاَلِي (Mengingkari hal yang mustahil)
4- التَّقْرِيْرُ (Menetapkan suatu hal praduga nyata)
5- التَّحْقِيْرُ (Mengejek)
6- الاستبطاء (Menimbulkan keinginan)
7- التعجُّب (Keheranan)
8- الأمر (Perintah)
9- التَّهَكُّمُ (Mengejek)

1- Makna kalimat huruf hamzah istifham (أ) secara hakiki teks (الحقيقي).
Secara tekstual (النحو) atau bisa juga dikatakan secara makna hakiki (Makna sebenarnya dalam teks) bahwa penggunaan huruf hamzah istifham (أ) memiliki beberapa aturan penggunaan (Katakanlah RUMUS), diantaranya:

1- Huruf hamzah istifham (أ) itu dihukumi dengan mabni (مبني) dan tidak di-posisikan kedalam i`rob. Dari sisi harokat huruf hamzah istifham dihukumi dengan harokat fatah () dan tidak akan pernah berharokat dummah (), kasroh () dan sukun (). Huruf hamzah istifham adalah salah satu huruf yang asli dari beberapa huruf-huruf atau isim-isim istifham.

2- Boleh membuang huruf hamzah istifham ketika didahului atau tidak didahului huruf atof am (أَمْ), dan biasanya ini bisa diketahui dari tekanan intonasi nada suara. Contohnya: (تَنصُر أَمْ تَضْرِب؟kau tolong apa kau pukul?. Asal kalimatnya adalah: (أَتَنصُر أَمْ تَضْرِب؟apakah kau tolong atau kau pukul?.

3- Menuntut sebuah bentuk/gambaran (طلب التصور). Bisa dikatakan yang dituntut disini adalah bendanya dan bukan sifat dari bentuk pekerjaan dari benda itu. Contohnya: (أاثنيني نجحت أم فاطمة؟) Apakah isnaini yang telah wisuda ataukah Fatimah?. Yang dipahami dari pertanyaan ini adalah: bahwa yang diinginkan dari jawaban pertanyaan tersebut adalah siisnaini atau sifatimah, dan bukan sifat dari pekerjaan mereka berdua, yaitu kelulusannya. Maka jawawaban dari pertanyaan itu adalah Isnaini, ini adalah makna dari: تعيين المفرد, ويكون الجواب بالتعيين.menjelaskan atau menetapkan personalnya dan disertai dengan sebuah jawaban yang pasti disertai menetapkan sebuah jawaban yang pasti pula dari benda itu. Bukan dengan menjawab ya atau tidak.

4- Menuntut sebuah kebenaran. (طلب التصديق). Bisa dikatakan yang dituntut disini adalah sifat dari pekerjaannya dan bukan bendanya, sebab disini dibutuhkan penilaian dari sifat pekerjaan itu dan akhirnya akan memberikan sebuah jawaban "Iya" atau "Tidak". Contohnya: (أنجحت اثنيني؟) Apakah Isnaini lulus?. Yang dipahami dari pertanyaan disini adalah: "benarkah Isnaini lulus atau tidak". Jika benar isnaini lulus maka jawabnya adalah Ya. Jika benar Isnaini tidak lulus maka jawabannya adalah Tidak. Ini adalah makna dari: (تعيين النسبة ويكون الجواب بنعم أو لا). Menetapkan sebuah penilaian dan jawabnya adalah Ya atau Tidak.
Sebuah catatan penting yang perlu diperhatikan ketika membedakan antaratuntutan sebuah bentuk (طلب التصور) dan tuntutan sifat dari sebuah hasil pekerjaan (طلب التصديق) adalah:
a- Bahwa tuntutan bentuk (طلب التصور) disini biasanya setelah kalimat huruf hamzah istifham itu kalimat isim. Contohnya: (أاثنيني نجحت أم فاطمة؟).اثنيني adalah kalimat isim.
b- Bahwa tuntutan sebuah kebenaran (طلب التصديق) disini biasanya setelah kalimat huruf hamzah istifham itu kalimat fi`il. Contohnya: (أنجحتاثنيني؟). نجحت adalah kalimat fi`il.

Maka ketika digabungkan penjelasan Hamzah + Isim = Tholabul At-tashawur (a-) dan Hamzah + Fi`il = Tholabul Tashdiq (b-) maka hasilnya adalah: Bahwa kalimat huruf hamzah istifham disini masuk kepada bentuk kalimat positif (الإثبات). Dan ada kalanya kalimat huruf hamzah istifham itu masuk kepada kalimat negatif (النفي). Biasanya setelah kalimat huruf hamzah istifham itu ada kalimat yang menidak-kan/menafikan. Contohnya: (أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَلم adalah kalimat huruf penjajam sekaligus pe-nafi-an atau kalimat negatif.

5- Menyempurnakan tata letak huruf hamzah istifham. Tidak boleh kalimat huruf hamzah istifham itu didahului oleh huruf atof dan khususnya huruf atof am (أَمْ) sebab ini sudah menjadi suatu ketetapan hukum didalam bahasa arab. Contohnya: (أَنَجَحَتْ اثْنَيْنِي أَمْ أَرَسَبَتْ؟apakah Isnaini telah lulus atau apakah telah tidak lulus?. Mungkin dalam bahasa indonesia sah-sah saja. Namun didalam aturan bahasa arab tidak boleh, sebab akan menimbulkan makna yang lain.

2- Makna kalimat huruf hamzah istifham (أ) secara semantik (المعاني).

Secara semantik (معاني) maka kalimat huruf hamzah istifham itu akan keluar dari makna harfiahnya secara bahasa, akan tetapi walaupun keluar dari makna harfiah namun aturan pemakaiannya tidak lepas dari makna harfiah tersebut. Sebab yang dibutuhkan disini adalah makna dalam hal memaknai hasil dari arti kalimat tersebut. Hingga akhirnya kita bisa mengerti tujuan dari hasil perkataan itu. Adapun makna-makna disini ada beberapa bentuk, diantaranya:

1- التَّسْوِيَةُ. (Penyamaan). Jika kalimat huruf hamzah istifham (أ) terletak setelah kalimat (سَواَءٌ) (Sama saja), (ماَ أَباَلِي) (Terserah), (ماَ أَدْرِي) (Saya tidak tahu), (سَياَن) (Sama), dan (لَيْتَ شَعْرِي) (Terserah saja). Contohnya: (إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌعَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ) (Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman) Al-baqarah ayat 6. Perlu dipahami bahwa maksud tujuan dari Penyamaandisini adalah tentang perihal pekerjaan hati. Jika kita sederhanakan bentuk contohnya kedalam bahasa Indonesia sebagai berikut: Sebaik apapun wanita dan apapun pendapat orang tentang wanita itu, bagi saya semua itu sama saja, sebab bahwa wanita itu adalah seorang wanita yang tidak baik dimata saya. Makna dari contoh ini adalah bahwa saya tidak perduli lagi dengan wanita itu. Pertanyaannya adalah:Mengapa saya tidak perduli lagi dengan wanita itu?. Jawabnya adalah:Bahwa saya telah berulang kali menasehati wanita itu agar menggunakan jilbab, akan tetapi wanita itu tidak pernah mengindahkan perkataan saya. Ini adalah sebuah ungkapan hati yang menunjukkan kekesalan saya kepada wanita itu, namun ungkapan hati disini bisa dirasakan oleh yang bersangkutan dengan sikap dan perkataan saya kepada wanita tersebut. Kemudian disisi lain makna penyamaan disini bersifat suka. Sedangkan pada contoh yang pertama itu bersifat tidak suka. Adapun penyederhanaan contoh penyamaan yang bersifat sukaadalah sebagai berikut: Apapun pendapat wanita itu tentang saya dan walaupun wanita itu tidak menyukai saya, semua itu sama saja bagi saya, dan saya tetap mencintai wanita itu. Contoh kedua ini adalah kebalikan dari contoh yang pertama. Maka hasil dari penggabungan kalimat huruf hamzah istifham (أ) dan kalimat /sawaun/ (سواء) dan beberapa kata yang telah disebutkan diatas akan menghasilkan makna yang bisa dipahami dari efek kerja hati yang akan menimbulkan rasa ketidak sukaan dan rasa kesukaan terhadap sesuatu perihal dari sebuah perlakuan seseorang.
2- الإِنْكاَرُ التَّوْبِيْخِي. (Mengingkari, mencela, menegur dan mengkecam). Perlu diperhatikan bahwa makna dari /al-ingkari al-taubikhy/ itu adalah: Bahwa seseorang mengucapkan sebuah perkataan yang bentuknya bersifat pertanyaan namun pada dasarnya seseorang yang berkata itu tidak menyukai perbuatan orang yang ditujukan pertanyaan tersebut. Contoh sederhanya adalah sebagai berikut: Apakah engkau akan menyembah patung itu, sedangkan patung itu tidak bisa berbuat apa-apa?. Jika kita perhatikan isi hati orang yang bertanya kepada orang yang menyembah patung tersebut adalah: Bahwa orang yang bertanya itu tidak menyukai perbuatan sipelaku dan sekaligus membenci perbuatan sipelaku yang menyembah patung. Dan hati orang yang bertanya itu akan berkata didalam hatinya: "Bodoh sekali orang ini, patung tidak bisa berbuat apa-apa namun disembah sebagai pengganti Tuhan". Adapun penggunaan pemaknaan /al-ingkari al-taubikhy/ disini ditujukan kepada hal-hal yang memang realita dan bisa dicerna oleh akal dan memang itu benar-benar terjadi dan maksud benar-benar terjadi disini adalah: Bahwa akal bisa memikirkannya dan bisa mencernanya dengan baik dari sebuah kejadian atau biasanya disebut dengan sesuai dengan kenyataan, adapaun sebuah kajadian yang tidak pernah terfikirkan bukan dari bahagian makna /al-ingkari al-taubikhy/Bagaimana kita bisa mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sama dengansesuatu yang sesuai dengan kenyataan?, artinya mustahil. Contohnya didalam Al-qur`an sebagai berikut: (أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ) (Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?)

3- الإنكار الإِبْطاَلِي. (Mengingkari sekaligus me-mustahil-kan). Perlu diketahui bahwa makna dari /al-ingkaru al-ibtholy/ disini adalah meng-ingkari atau menidakkan hal sesuatu yang mustahil. Contoh sederhananya adalah: Seorang wanita gemuk sebesar tong drum mengatakan kepada orang-orang disekitarnya "Lihatlah tubuh saya yang langsing dan seksi". Pertanyaannya adalah: Apakah yang ada difikiran orang-orang yang ada disekitar wanita gemuk itu yang mendengar pengakuan wanita gemuk tersebut?. Jawabanya adalah: "Sungguh telah benar-benar gila wanita ini, tubuh seperti drum begitu dia katakan langsing dan seksi". Artinya wanita gemuk tersebut memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang sifat dari kehendak tersebut bersifat mustahil, sebab tidak sesuai dengan kenyataan. Sedangkan akal orang lain tidak bisa menerima kemustahilan tersebut. Contohnya didalam Al-qur`an surat Al-isra` ayat 40: (أَفَأَصْفَاكُمْ رَبُّكُمْ بِالْبَنِينَ وَاتَّخَذَ مِنَ الْمَلَائِكَةِ إِنَاثًا إِنَّكُمْ لَتَقُولُونَ قَوْلًا عَظِيمًا). (Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya)). Bisa kita perhatikan didalam ayat ini bahwa perkataan ini ditujukan kepada orang-orang yahudi. Dihadapan Allah itu semua makhluknya sama, yang membedakan nilai makhluk itu dihadapan Tuhan adalah Taqwa. Namun orang-orang yahudi meng-klaim bahwa mereka adalah manusia-manusia pilihan Tuhan dan manusia selain yahudi adalah budak-budak bagi yahudi. Maka Allah menolak pengakuan para orang-orang yahudi yang mengatakan kepada manusia bahwa Allah punya anak laki-laki dan para malaikat itu adalah anak-anak wanita Allah. Maka akal sehat kita akan mengatakan bahwa: Allah tidak akan pernah mau mengakui pengakuan orang-orang yahudi, sebab pengakuan orang-orang yahudi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada pada perbuatan Allah. Status makhluk semuanya sama didepan Allah. Sebab makhluk tetap makhluk, dan tidak pernah derajat makhluk bisa menyerupai bahagian dari sifat-sifat yang dimiliki Tuhan.

4- التَّقْرِيْرُ. (Memastikan). Makna /al-taqriru/ disini adalah: Memastikan atau benar-benar ingin membenarkan sangkaan. Contoh sederhananya adalah: Wanita itu mengetahui secara benar bahwa Pria itu mencintai wanita tersebut, sedangkan wanita itu mengetahui hal tersebut dari sikap dan perbuatan sipria kepada siwanita, dan perkataan pria itu kepada orang-orang tanpa sepengetahuan wanita itu bahwa pria itu mencintai wanita tersebut. Pada suatu hari wanita itu mengajak pria tersebut kesuatu tempat untuk menanyakan hal sangkaan hatinya dan apa yang didengar wanita tersebut dari orang-orang tentang hal tersebut. Maka wanita itu-pun bertanya kepada sipria "Anu, apakah kamu mencintai saya?" sipria menjawab "Tidak" (Sipria menjawab "tidak" dikarenakan ada beberapa hal, yaitu bisa jadi karena malu dikarenakan rasa takut hati terluka atau bahkan takut ditolak oleh siwanita yang berakibat fatal kepada diri sipria), atau sipria menjawab "Ya" (sipria menjawab ya, bisa jadi dikarenakan jawaban itu tidak melukai hati sipria, sebab sipria juga melihat sikap siwanita memberi lampu hijau). Contohnya didalam Al-qur`an surat Al-anbiya`i: 62: (قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآَلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ؟) (Mereka bertanya: "Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?). didalam ayat ini orang-orang kafir bertanya kepada nabi Ibrahim. Pertanyaannya adalah: Darimanakah orang-orang kafir itu mengetahui bahwa nabi Ibrahim adalah pelakunya?. Jawabanya adalah surat Al-anbiya`i: 60: (قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ) (Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim) sedangkan nabi Ibrahim pernah berkata begini didalam hatinya, surat Al-anbiya`i: 57 (وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ) (Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya) namun adapun jawaban nabi Ibrahim kepada orang-orang kafir itu adalah, surat Al-anbiya`i: 63 (قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ) (Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara). Dari beberapa contoh diatas kita bisa menilai bahwa sebenarnya orang-orang kafir mengetahui bahwa nabi Ibrahimlah pelakunya. Akan tetapi orang-orang kafir tidak langsung menuduh nabi Ibrahim, akan tetapi mereka mengadakan dialog terlebih dahulu untuk memastikan benarkah nabi Ibrahim pelaku yang sebenarnya. Kemudian kita akan menilai ucapan nabi Ibrahim apakah seorang nabi akan berbohong. Jawabnya adalah: Tidak akan pernah seorang nabi berbohong. Namun nabi Ibrahim menggunakan ilmu ma`ni dari sisi taqriri. Sebab, jika nabi Ibrahim menjawab "Iya" maka nabi Ibrahim akan menghadapi mara bahaya. Namun nabi Ibrahim menggunakan uslub/methode ilmu ma`ani untuk menyelamatkan dirinya dari mara bahaya. Sebab, nabi Ibrahim tidak mengatakan kalimat "Tidak, atau bukan saya", akan tetapi jawabannya memerintahkan orang agar berfikir "Mungkinkah patung yang besar itu bisa bergerak untuk melakukan hal tersebut".

Pengkajian
Juz 28
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ. (المجادلة: 7)
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Mujādilah : 7)
Pengkajian secara semantik.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ......
Artinya: "Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi?"
Huruf istifham (أ) disini ditinjau dari sisi semantik sebagai /Taqrirun/ ((تَقْرِيْرٌِ)).

Tekstual.

Secara teks Huruf hamzah istifham telah melakukan tugasnya secara sempurna. Namun huruf hamzah istifham disertai dengan kalimat sesudahnya dengan kalimat yang bersifat negatif /An-nafyu/ (النَفْيُ). Adapaun kalimat negatifnya adalah huruf penjazam, yaitu lam /Lam/ (لَمْ). Kemudian makna "لم" disini adalah qolab /Qolabun/ (قَلَبٌ). Adapun makna qolab itu adalah: Merubah makna masa haldan masa yang akan datang menjadi masa lampau. Maksud dari Hal disini adalah: Masa yang dilakukan sekarang dan yang akan datang, sebab hitungan masa itu ada tiga, pertama masa lampau, kedua masa sekarang dan ketiga masa yang akan datang.

Maka ketika "لم" masuk kepada kalimat fi`il Mudhari` maka maknanya menjadi kalimat fi`il madhi /Madhi/ (ماَضٍ). Bisa dilihat dan dicerna dari contoh sebagai berikut. أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ artinya: Apakah engkau tidak melihat bahwa Allah mengetahui?. Maknanya adalah: Apakah engkau tidak melihat (mengetahui) bahwa Allah Maha mengetahui dari sebelum engkau ada hingga engkau ada dan sampai engkau tidak ada?.

Kita perhatikan kalimat "sebelum engkau ada" ini adalah masa yang menunjukkan masa lampau. Kemudian kalimat "engkau ada" ini adalah masa yang menunjukkan sekarang dan sedang terjadi. Kemudian kalimat "engkau tidak ada" ini adalah masa yang menunjukkan yang akan datang. Ini makna secara tekstual terhadap kalimat huruf penjazam لم.

Semantik.

Secara Semantik huruf hamzah istifham akan memberikan makna pada ayat ini sebagai berikut: أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِWahai rasulullah utusan kami. Apakah engkau menyangka Allah tidak mengetahui bahwa engkau tidak tahu bahwa Allah Maha mengetahui semua apa-apa yang terjadi dipermukaan bumi dan langit?. Allah tahu engkau mengetahui Allah memang adalah Maha mengetahui. Tapi engkau tidak tahu bahwa masih ada orang-orang yang tidak mengetahui bahwa Allah Maha mengetahui. Mereka itu adalah orang-orang munafiq.

Adapun makna kalimat tara /tara/ (تَرَ) didalam ayat tersebut adalah memandang dengan mata hati. Pimpinan Al-azhar Mesir Doktor Muhammad Sayyid Thantawy mengatakan didalam kitab tafsirnya halaman 245 jilid 14 /Tafsir al-wasith lil-qura`ni al-karimi/ (التَفْسِيْرُ اْلوَسِيْط لِلْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ) bahwa makna kalimat /Tara/ (تَرَ) maknanya adalah:
.....اْلعِلْمُ وَاْلإِدْرَاكُ اْلقَلْبِى.
Artinya: Memandang sesuatu dengan Ilmu dan pengetahuan hati.

Penafsiran ayat.

Syaikh Aby bakr jabir al-jazairy didalam kitab tafsirnya halaman 479 jilid 3/Aisaru al-tafasyri likalami al-`aliyyi al-kabyri (أَيْساَرُ اْلتَفَسِيْرِ لِكَلاَمِ اْلعَلِيِّ اْلكَبِيْرِ) mengatakan bahwa makna perkataan (أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ) adalah: Wahai utusan kami, (Rasulullah Muhammad Saw.) Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Swt. Maha mengetahui apa-apa yang ada dilangit dan dibumi secara detail/rinci?. Ayat ini diturunkan dikarenakan adanya sekelompok orang-orang munafiq, yang mana mereka itu saling berbeda pendapat/bertikai/berselisih dan sampai-sampai menimbulkan perdebatan sengit yang menimbulkan pertikaian dikalangan orang-orang mu`min pada masa itu. Maka turunlah ayat ini untuk menyingkap niyatbusuk/buruk yang tersembunyi didalam hati para orang-orang munafiq.

(مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى) Syaikh Aby bakr jabir al-jazairy berkata: kalimat najwa /Najwa/((نجوى)) disini adalah isim masdhar (المَصْدَرُ) yang diambil dari kalimat fi`il (الفِعْلُ) najaha /Najaha/Yunajiyahu/munajatan. (ناَجاَهَ - يُناَجِيَهُ - مُناَجَةً) dan makna najwa disini adalah bermakna al-tanaajy (التَّناَجِى). Dan didalam kamus Mukhtaru al-shahah (مُخْتاَرُ الصَّحاَح) karangan Muhammad bin Aby bakr bin Abdul qodir Arrazy halaman 348 juga mengatakan bahwa makna najwa adalah /sirru/ (سرُُّ) (Tersirat/tersembunyi), dan arti najwa adalah: (النَجْوَ: السِّرُّ بَيْنَ اثْنَتَيْنِ) (Tersirat/tersembunyi diantara dua orang).Sedangkan kalimat najwa lebih halus dari kalimat sirr, dan kalimat sirr adalah bahasa hati atau ungkapan hati dan bisa juga digunakan untuk yang bersifat ucapan yang berbisik-bisik, sebab takut didengar oleh orang yang dibicarakan.

Syaikh Aby bakr jabir al-jazairy berkata: Semua kalimat yang bersifat sir (tersembunyi) /al-musarotu/ (المُساَرَةُ) itu adalah najwa. Kalimat sirrun (Tersirat/tersembunyi) (سِرٌّ) bukanlah sinonim dari kalimat najwa (نجوى), sebab kalimat najwa artinya adalah sir. Sedangkan kalimat sir (سرّ) tidak bisa diartikan dengan najwa (نجوى).

Doktor Sayyid Thantawy berkata: Orang arab berkata (يُقاَل): /najautuhu najwan.(نَجَوْتُهُ نَجْواً). Jika diterjemahkan kedalam bahasa arabnya: /sarartuhu bikalamin `ala infirodin/. (ساَرَرْتُهُ بِكَلاَمٍ عَلَى اِنْفِرَادٍ) artinya: Saya telah merahasiakan ucapan seseorang.Orang arab jarang menggunakan kalimat najwa, mereka lebih sering menggunakan kalimat sirr.

(إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ) Maknanya adalah: Allah adalah yang keempat yang berada disisi orang-orang yang membicarakan hal-hal yang bersifat rahasia. Baik itu pembicaraan rahasia yang bersifat baik dan buruk. Yang nantinya hasil dari pembicaraan yang rahasia tersebut akan menghasilkan akibat baik dan buruk bagi orang yang dibicarakan.

Syaikh Aby bakr jabir al-jazairy berkata: /illa/ (إلاّ) (kecuali). Kecuali Allah-lah yang keempat diantara ketiga orang yang membicarakan hal rahasia tersebut.(walaupun mereka berada dilangit, bumi atau ditempat yang sama sekali tidak bisa dilihat oleh makhluk, sebab Allah bukan makhluk dan Allah-lah yang menciptakan makhluk). Dan qudrah (Maha kuasa) Allah berlaku diantara orang-orang tersebut, sebab Allah-lah yang Maha Mampu/kuasa untuk Mengambil danMemberi.

(ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ) Syaikh Aby bakr jabir al-jazairy berkata: (أى) artinya: Allah akan memberitakan dan memberitahukan kepada mereka apa-apa saja yang telah mereka lakukan dimuka bumi pada hari pembalasan nanti, faidahnya untuk menjadi sebuah alasan untuk membalas perbuatan orang-orang munafiq tersebut.

Ayat ini diakhiri dengan ungkapan /inna al-Allahu bikulli syaiin `aliym/ (إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ) (Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu). Syaikh Aby bakr jabir al-jazairy berkata: /Taqrirun/ (تَقْرِيْرٌ) (Ketetapan). Menetapkan bahwa kejadian hal seperti ini (sudah pernah terjadi pada masa nabi Ya`qub Alaihissalam yang pernah dilakukan oleh anak-anaknya) lebih dahulu Allah mengetahuinya. Dan juga menetapkan bagi orang-orang munafiq dan orang-orang mu`min bahwa Allah akan memberikan balasan bagi kedua belah pihak dengan cara yang seadil-adilnya, sebab Allah adalah sebaik-baik hakim yang adil.

Ayat ini diawali dengan kata tanya (apakah engkau tidak memperhatikan?) kemudian diakhiri dengan jawaban bahwa Allah maha mengetahui segala sesuatu.

A5- Asbabun nuzul ayat.

Syaikh Muhyiddin Ad-darwisyi berkata didalam kitabnya i`robul Qur`an halaman 450 bahwa penyebab turunya ayat ini banyak perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Diantaranya:
1- Satu riwayat ada yang mengatakan: Para kafir Quraisy berkumpul (Rapat) dan bilangan mereka ada dua kelompok. Kelompok pertama sebanyak tiga orang, kelompok kedua juga tiga orang. Kemudian ada juga kelompok pertama yang berjumlah lima orang dan kelompok kedua lima orang. Isi pembicaraan mereka adalah tentang rasulullah. Para kaum quraisy merasa dan menyangka bahwa hasil rapat mereka tidak diketahui oleh siapa-pun kecuali hanya mereka-mereka saja. Maka turunlah ayat ini untuk memberitahukan hal orang kafir tersebut kepada rasulullah.
2- Ahli tafsir membenarkan riwayat yang kedua ini. Adapun asbabun nuzulnya adalah: Sesungguhnya telah berkumpul tiga orang suku quraisy, mereka itu adalah: Rabi`ah, Habib bin Umar dan Shofwan bin Umayyah. Pada suatu hari mereka berbincang-bincang. Maka berkata salah satu dari mereka bertiga: Apakah engkau memperhatikan bahwa Allah mengetahui semua perkataan kita?. Maka berkata lagi yang lain: Allah hanya mengetahui sebahagian dan tidak mengetahui sebahagian yang lain. Maka orang ketiga berkata: Jika Allah mengetahui sebahagian niscaya Allah mengetahui semuanya.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ نُهُوا عَنِ النَّجْوَى ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَيَتَنَاجَوْنَ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَةِ الرَّسُولِ وَإِذَا جَاءُوكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللَّهُ وَيَقُولُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللَّهُ بِمَا نَقُولُ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُ يَصْلَوْنَهَا فَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Apakah tidak kamu perhatikan orang-orang yang Telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, Kemudian mereka kembali (mengerjakan) larangan itu dan mereka mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada rasul. dan apabila mereka datang kepadamu, mereka mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan Allah untukmu. dan mereka mengatakan kepada diri mereka sendiri: "Mengapa Allah tidak menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?" cukuplah bagi mereka Jahannam yang akan mereka masuki. dan neraka itu adalah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al-Mujādilah : 8)
أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَاتٍ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَتَابَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) Karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah Telah memberi Taubat kepadamu Maka Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujādilah : 13)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka Mengetahui”. (QS. Al-Mujādilah : 14)
أَلَمْ تَر إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang Berkata kepada Saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu." dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta”. (QS. Al-asyr : 11)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?” (QS. A-af : 10)
أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ فَذَاقُوا وَبَالَ أَمْرِهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Apakah belum datang kepadamu (hai orang-orang kafir) berita orang-orang kafir terdahulu. Maka mereka Telah merasakan akibat yang buruk dari perbuatan mereka dan mereka memperoleh azab yang pedih”. (QS. At-Taghābun : 4)
ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا فَكَفَرُوا وَتَوَلَّوْا وَاسْتَغْنَى اللَّهُ وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka membawa keterangan-keterangan lalu mereka berkata: "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?" lalu mereka ingkar dan berpaling; dan Allah tidak memerlukan (mereka). dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. At-Taghābun : 5)
Daftar Pustaka
1- Al-quran.
2- Mu`jam nahu dan shorof halaman 9-10 karangan Dr. Amil bady` ya`kub. Cetakan darr Al-ilm Al-maliyin bairut Lebanon.
3- Tafsir Syaikh Dr. Muhammad Sayyid Thantawy jilid 14-15. ((التفسير الوسيط للقرآن الكريم د. محمد سيد طنطاوي شيخ الأزهر)) semua tafsirnya berjumlah 15 jilid cetakan pertama Darr Sa`adah (دار السعادة),
4- I`robul Qur`an wa bayanuhu karangan Syaikh Muhyiddin Ad-darwisyi jilid 7-8 semua bukunya berjumlah 9 jilid cetatakan kesembilan Darr Al-yamamah/Darr Ibn Katsir Damsyiq/Beirut Lebanon.


[1] Kajian HMM (Himpunan Mahasiswa Medan) Ditulis oleh: Muhammad Syafi`i Tampubolon
[2] Tafsir Wasith Dr. Muhammad Sayyid Thantawy halaman 254 jilid 14.
[3] I`robul quran wa bayanuhu karangan Syaikh Muhyiddin Ad-darwisyi (محي الدين الدرويش) halaman 448 jilid 7
[4] Ibid 2. Halaman 459.
[5] Ibid 1 Halaman 267.
[6] Ibid 2. Halaman 461.
[7] Ibid 2. Halaman 482.
[8] Ibid 1. halaman 363.
[9] Ibid 2. halaman 513.
[10] Ibid 1. Halaman 424.
[11] Ibid 2. halaman 538.
[12] Ibid 1. halaman 425.
[13] Ibid 2 halaman 539.
1- التسوية. وذلك بعد كلمة ((سواء)) أو ((ما أبالي)) أو ((ما أدري)) أو ((سيان)) أو ((ليت شعري)) أو ما بمعناها. وفي هذه الحالة تؤوّل الجملة بعدها بمصدر, نحو الأية: ((سواء عليهم أستغفرت لهم أم لم تستغفر لهم؟)).
2- الإنكار التوبيخي. فتقتضي أنّ ما بعدها واقع وأنّ فاعله ملوم عليه, نحو الأية: ((أتعبدون ما تنحتون؟)).
3- الإنكار الإبطالي. فتقتضي أنّ ما بعدها -إذا أزيل الاستفهام- غير واقع, نحو الأية: ((أفأصفاكم ربكم بالبنين واتخذ من الملائكة إناثا؟))
4- التقرير. ومعناه حمْل المخاطب على الإقرار والإعتراف بأمر قد استقرّ عندك ثبوتُه أو نفيه, وفي هذه الحالة, يلي الهمذة الشيء الذي تقرِّره, نحو: ((أضربت أخاك؟)) ((أأخاك ضربت؟)).
5- التهكّم. نحو الأية: ((قالوا يا شعيب أصلاتك تأمرك أنْ نترك ما يعبد آباؤنا؟)).
6- الأمر. نحو الأية: ((أأسلمتم؟)), أي: أسلموا.
7- التعجُّب. نحو الأية: ((ألم تر إلى ربك كيف مدّ الظلّ)).
8- الاستبطاء. نحو الأية: ((ألم يأن للذين آمنوا أنْ تخشع قلوبهم لذكر الله؟)).( Mu`jam nahu dan shorof halaman 9-10 karangan Dr. Amil bady` ya`kub. Cetakan darr Al-ilm Al-maliyin bairut Lebanon.)

13.33 | Posted in | Read More »

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added