Breaking News:
|
Anda ingin beramal?, satu klik anda sangat berharga bagi kami, silakan klik iklanSittidibawah ini, setelah itu bagikan artikel ini, terimakasih kami ucapkan kepada anda

Panduan Menulis



Edisi Revisi
Panduan Praktis
STANDAR PENULISAN, PENERJEMAHAN & EDITORIAL
PUSTAKA AL-KAUTSAR


DUSTUR ILAHI

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ النَّارِ .
“Ya Allah, berikanlah manfaat pada ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku
ilmu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah ilmu kepadaku. Segala puji bagi Allah
atas segala hal, dan aku berlindung kepada Allah dari adzab neraka.”
(HR. At-Tirmidzi & Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Daftar Isi
-          Mukaddimah
-          Standar Naskah Terjemah
-          Standar Naskah Pribadi
-          Catatan Bagi Penulis/Penerjemah
-          Hal-hal Lain yang Perlu Diketahui Penerjemah/Penulis
-          Kompensasi Penulis/Penerjemah
-          Standar Halaman Terjemah
-          Struktur Buku Pustaka Al-Kautsar
-          Membuat Pengantar Penerbit
-          Membuat Back Cover
-          Kiat Memeriksa Cover
-          Yang Mesti Dilakukan Editor
-          Pemakaian Huruf Tebal (Bold)
-          Pemakaian Huruf Miring (Italic)
-          Pemakaian Huruf Kapital
-          Yang Tetap Non-Kapital
-          Pemakaian Garis Bawah (Under Line)
-          Pemakaian Tanda Kutip (“…”)
-          Pemakaian Tanda Petik (‘…’)
-          Titik dan Koma Dalam Tanda Kutip dan Petik
-          Pemakaian Titik Dua (:)
-          Pemakaian Titik Koma (;)
-          Pemakaian Singkatan
-          Singkatan-singkatan
-          Pemakaian Kata Ganti
-          Pemakaian “Al”
-          Pemakaian Tanda ‘ dan `
-          Penulisan Tanda Koma (,)
-          Penulisan Partikel “Pun”
-          Penulisan Partikel “Lah”
-          Pemakaian Tanda Penghubung (-)
-          Pemakaian Tanda ^ _ ¨
-          Pemakaian Tanda Seru (!) dan Tanda Tanya (?)
-          Pemakaian “ke” dan “di”
-          Konsistensi Penulisan
-          Penulisan Bahasa Indonesia yang Berstruktur Bahasa Arab/Asing
-          Pemakaian Khat (Ayat dan Hadits)
-          Penerjemahan Syair
-          Penulisan “Maha”
-          Penulisan Bin dan Ibnu
-          Penulisan Huruf “I” di belakang Kata
-          Penulisan Nama Surat Al-Qur`an
-          Penulisan Sanad Hadits
-          Penulisan Perawi, Kitab, dan Bab Dalam Hadits
-          Penulisan Transliterasi
-          Nama-nama Surat Dalam Al-Qur`an
-          Nama-nama Rasul dan Nabi
-          Nama-nama Malaikat
-          Bulan Qamariah
-          Nama-nama Madzhab, Aliran, dan Golongan
-          Nama-nama Sahabat dan Sahabiyah
-          Nama-nama Tabi’in dan Tabi’ut-tabi’in
-          Nama-nama Khalifah
-          Imam-imam Madzhab
-          Imam-imam Hadits
-          Ulama Hadits
-          Ulama Fikih
-          Ulama Tafsir
-          Ulama Sirah/Tarikh
-          Ulama-ulama Besar Lain
-          Kitab-kitab Hadits
-          Kitab-kitab Tafsir
-          Kitab-kitab Fikih
-          Kitab-kitab Tarikh dan Sirah
-          Kitab-kitab Kamus/Mu’jam
-          Kata dan Istilah
-          Khatimah


Mukaddimah
                Buku kecil ini adalah revisi dari terbitan sebelumnya. Jika sebelumnya buku ini hanya merupakan panduan –ala kadarnya– bagi penulis dan penerjemah yang akan menyumbangkan karyanya dalam menulis atau menerjemahkan untuk Pustaka Al-Kautsar. Maka, pada edisi kali ini, juga terdapat panduan praktis bagi editor dalam mengedit naskah yang telah diterjemahkan atau naskah asli karya penulis dalam negeri yang siap terbit.
Dapat dikatakan, tidak ada yang baru dalam tulisan ini. Namun, setidaknya –sebagai penerbit– kami mempunyai karakter dan ciri khas tersendiri dalam setiap buku-buku yang diterbitkan. Karena, setiap penerbit yang mempertimbangkan mutu dan kualitas, pasti menginginkan keseragaman pemakaian bahasa dan penulisan dalam semua buku yang diterbitkannya. Demikian pula dengan Pustaka Al-Kautsar.
                Pada dasarnya, bahasa yang digunakan oleh Al-Kautsar adalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut ejaan yang disempurnakan (EYD), disertai dengan penggunaan tanda baca yang tepat dan sesuai. Meskipun, terkadang dalam hal ini juga masih terdapat sedikit perbedaan antara satu penerbit dengan penerbit yang lain. Bahkan, antar media massa yang sudah ternama sekalipun. Namun, perbedaan itu hanyalah sedikit. Sedangkan, yang sifatnya prinsip dan sama-sama disepakati jauh lebih banyak jumlahnya.

Standar Naskah Terjemah

-          Isi naskah harus sejalan dengan visi dan misi Pustaka Al-Kautsar.
-          Diutamakan naskah yang belum pernah diterbitkan.
-          Bagus dan menarik, ada hal-hal baru yang bisa dijual kepada masyarakat.
-          Naskah harus sesuatu yang dibutuhkan umat.
-          Tidak menjelek-jelekkan dan memojokkan ulama Ahlu sunnah.
-          Diutamakan naskah yang baru/tidak terlalu lama (kecuali turats).
-          Tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis.
-          Jika kitab turats, diutamakan yang sudah ditahqiq.
-          Sistematika penulisan yang runtut dengan pembagian bab dan judul yang teratur. (Bermetode penulisan yang sistematis)
-          Isi mudah dipahami, diterima, dan tidak njlimet.
-          Bukan buku pelajaran, buku anak-anak, fiksi, dan tidak teoritis.
-          Dan lain-lain.

Standar Naskah Pribadi

-          Orisinalitas ide dan isi naskah.
-          Selaras dengan visi dan misi Pustaka Al-Kautsar.
-          Ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan.
-          Bukan buku saduran.
-          Menarik dan ada hal-hal baru yang bisa dijual kepada masyarakat.
-          Menggunakan referensi yang jelas.
-          Menyebutkan sumber dalam footnote jika ada kutipan.
-          Belum pernah diterbitkan.
-          Diutamakan bukan kumpulan tulisan.
-          Memakai bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.
-          Sistematika penulisan yang runtut dengan pembagian bab dan judul yang teratur. (Bermetode penulisan yang sistematis)
-          Dan lain-lain.

Catatan Bagi Penulis/Penerjemah
-          Suatu naskah (pribadi maupun terjemah) yang diterima dengan catatan dikarenakan satu dan lain hal; tidak akan diterima dan diterbitkan selama catatan yang direkomendasikan tersebut belum dipenuhi.
-          Diharapkan untuk tidak memformat naskah yang akan diserahkan dalam bentuk buku yang (sudah) jadi. Sebab, hal ini akan menyulitkan penyettingan dari redaksi.
-          Tidak mengawali awal paragraf atau awal kalimat dengan kata sambung; dan, maka, kemudian. Kecuali jika dipandang perlu. Itu pun, mesti diberi koma setelah kata sambung tersebut. Misalnya; “Dan, tentu saja hal ini…”
-          Tidak terlalu banyak memakai kata; dan, maka, kemudian.
-          Tidak menerjemahkan kalimat secara harfiyah, namun hendaknya dengan susunan Bahasa Indonesia yang bagus dan mudah dipahami.[1]
-          Harap meminimalisir kesalahan ketik, seperti; dan ditulis dna, mengharap diketik menghaap, berkata ditulis berkatta, ketika ditulis ketiak, dan sebagainya. Memang, salah ketik adalah manusiawi. Tetapi, jika kesalahan ketik itu terlalu banyak, apalagi hampir di setiap kalimat atau alinea selalu ada kesalahan ketik; maka ini sudah tidak wajar dan tidak selayaknya. Untuk itu, tolong diperiksa ulang terjemahan/tulisannya agar tidak terlalu banyak kesalahan ketik.
-          Merujuk ke dalam kamus Arab yang muktabar, apabila terdapat kata atau kalimat yang tidak pas terjemahannya dalam konteks. Sebab, sebagaimana Bahasa Indonesia, kata atau kalimat Bahasa Arab juga banyak padanan katanya. Bukalah kamus untuk mencari arti lain yang lebih tepat dan sesuai.
-          Penerjemah tidak diperkenankan memakai banyak spasi untuk memperbanyak jumlah halaman. Seyogyanya penerjemah memanfaatkan spasi seperlunya saja.
-          Jika terlalu banyak spasi yang dipergunakan penerjemah hingga jumlah halamannya membengkak, maka akan dirapikan oleh redaksi. Atau, dikembalikan kepada penerjemah untuk diperbaiki.
-          Penerjemah tidak diperkenankan menuliskan ayat atau hadits dengan tulisan latinnya. Karena hal ini tidak bermanfaat dan akan dibuang. Cukup ditulis terjemahannya saja. Kecuali satu atau dua kata yang memang dirasa perlu untuk ditulis, dengan huruf italic.
-          Tidak perlu menerjemahkan daftar isi atau isi buku, karena ia akan muncul otomatis dalam program komputer yang dipakai.
-          Tidak perlu menulis judul buku dan penulis atau identitas buku terjemah pada satu halaman pertama dengan font yang besar dan bold. Cukup terjemahkan saja identitas buku dengan font standar tanpa perlu memakai banyak spasi.
-          Menyimpan file naskah dalam program microsoft word – RTF.
-          Diharapkan memakai disket yang baru, untuk menghindari adanya virus yang tidak diinginkan. (Atau disket lama, yang sudah discan)
-          Seyogyanya tidak boros dalam menggunakan kata-kata. Sekiranya ada kata-kata tertentu yang jika tidak ditulis tidak akan mengurangi makna –bahkan hanya menambah-nambah dan memperpanjang kalimat, hendaknya tidak usah ditulis. Pengulangan atau penulisan kata yang tidak perlu, misalnya; disebabkan karena, karena disebabkan, sebab dikarenakan, diriwayatkan oleh, seperti misalnya, malah justru, hingga sampai, malam lailatul qadar,[2] serta kata-kata seperti; untuk, agar, oleh, dlsb.
-          Diharapkan kepada para penerjemah, agar dapat menerjemahkan sesuai waktu yang telah disepakati. Terutama jika naskah tersebut berasal dari redaksi Pustaka Al-Kautsar. Dan, apabila penerjemah belum juga selesai menerjemahkan ketika waktu yang telah disepakati habis, diharap segera memberitahukan kepada redaksi.
-          Buku panduan ini dibuat untuk dibaca, dipelajari, dan diterapkan. Bukan sekadar untuk dibaca saja, namun tidak diterapkan. Atau, (apalagi) hanya untuk dimiliki, tanpa dibaca. Tentu bukan itu maksud penyusunan buku ini. Kami mengharapkan kerja sama yang baik antara penerjemah dengan penerbit. Semakin bagus suatu terjemahan, tentu akan sangat membantu kami. Dan, kami tidak akan ragu lagi untuk meminta tolong kembali kepada Anda untuk menerjemahkan buku-buku yang akan kami terbitkan. Sebaliknya, apabila suatu terjemahan dinilai tidak layak atau terlalu banyak tingkat kesalahannya, atau terlalu sulit dalam proses editingnya, maka penerbit pun akan berpikir ulang untuk memberikan amanah penerjemahan lagi kepadanya.

Hal-hal Lain yang Perlu Diketahui Penerjemah/Penulis
-          Pada dasarnya, Pustaka Al-Kautsar tidak pernah menolak naskah apa pun, baik karya pribadi maupun terjemahan. Namun, Pustaka Al-Kautsar akan selalu mendiskusikan kelayakan diterima-tidaknya suatu naskah, tanpa menjanjikan akan menerbitkan.
-          Apabila ternyata suatu naskah ditolak, penerbit tidak berkewajiban memberitahukan. Namun, penerjemah atau penulis atau yang menawarkan naskah, berhak menanyakan kepada penerbit tentang kelanjutan dan kepastian naskah (yang ditawarkan)nya.
-          Secara umum, waktu yang diberikan Pustaka Al-Kautsar untuk dapat menjawab kepastian diterima-tidaknya suatu naskah, adalah dua minggu. Akan tetapi, jangka waktu ini bisa bertambah dan dapat juga kurang dari dua minggu. Tergantung keadaan.
-          Penulis/penerjemah dapat mengirimkan naskahnya via pos, email, atau datang langsung ke penerbit.
-          Naskah bisa dikirim secara utuh (buku asli dan hasil terjemahan), atau bisa juga dengan memberikan data tentang buku tersebut; judul, penulis, penerbit, tahun terbit, cetakan, jumlah halaman, ukuran buku, daftar isi, dan abstraksinya.
-          Untuk penulis, harus menyertakan buku asli yang akan ditawarkan.
-          Baik penulis ataupun penerjemah, jika belum terjadi kesepakatan dengan penerbit, cukup memberikan print-outnya saja. Tidak perlu memberikan disket.
-          Penerbit tidak berkewajiban mengembalikan naskah yang telah diserahkan dan ditolak. Apabila penulis/penerjemah hendak mengambil naskahnya, dapat datang langsung ke penerbit.
-          Untuk itu, bagi siapa pun yang menawarkan naskahnya ke penerbit, hendaknya tidak memberikan naskah asli atau master naskah.
-          Bagi penerjemah/penulis yang telah tercapai kesepakatan dengan penerbit, cukup memberikan disket saja, tanpa print-out. Namun, tetap harus menyertakan naskah asli/fotokopinya.[3]

Kompensasi Penulis/Penerjemah
                Untuk penulis yang naskah karyanya telah disetujui penerbit untuk diterbitkan, maka dia berhak mendapatkan dua macam kompensasi dari penerbit, yaitu pembayaran dan bukunya yang diterbitkan.
                Untuk pembayaran, ada dua cara yang bisa dipilih dan harus disepakati kedua belah pihak; penerbit dan penulis. Dua cara ini, yaitu:
Pembayaran sistem royalti. Maksudnya, setiap kali buku tersebut dicetak, maka penulis berhak mendapatkan royalti dari bukunya yang dicetak (ulang). Soal jumlah prosentase royalti ini, akan dibicarakan pada saat penandatanganan akad.
Pembelian putus. Maksudnya, naskah tersebut dijual penulisnya kepada penerbit dengan harga yang disepakati, atau penerbit yang membeli naskah tersebut dari penulis (juga dengan harga yang disepakati. Namun, konsekuensi dari pembayaran atau pembelian putus ini, adalah hilangnya hak penulis atas buku karyanya jika dicetak ulang.[4]
                Adapun hak atas bukunya yang diterbitkan, maksudnya, penulis mendapatkan sepuluh buah bukunya tersebut secara cuma-cuma, setiap kali buku tersebut dicetak (ulang).[5]
                Sedangkan untuk penerjemah, jika naskahnya telah disepakati penerbit untuk diterbitkan, maka dia juga akan mendapatkan dua macam kompensasi, yaitu pembayaran dan buku hasil terjemahannya.
                Untuk pembayaran, penerjemah akan mendapatkan honor perhalaman yang diterjemahkan dari penerbit. Besar kecilnya harga perhalaman ini, disesuaikan dengan standar dan kemampuan penerbit.[6]
                Kemudian, selain mendapatkan honor terjemahan, penerjemah juga akan mendapatkan lima buah buku terjemahannya yang telah terbit secara cuma-cuma dari penerbit, hanya untuk cetakan pertama. Namun, untuk hal ini, penerjemah yang harus datang sendiri ke kantor penerbit untuk mendapatkan lima buah buku tersebut.[7]
                Catatan; Pembayaran naskah terjemahan kepada penerjemah, tidak langsung dibayarkan semuanya. Penerjemah hanya akan mendapatkan 25% terlebih dahulu. Selanjutnya, naskah terjemahan tersebut akan dibaca redaksi. Sekiranya dianggap memenuhi standar, maka sisa honor yang 75% akan segera ditransfer ke rekening penerjemah. Adapun, apabila terjemahan tersebut ternyata masih terdapat banyak kekeliruan dan ketidaksesuaian dengan standar penerbit, maka akan dikembalikan kepada penerjemah bersangkutan untuk diperbaiki.[8]

Standar Halaman Terjemah
                Dalam menghitung jumlah halaman, Pustaka Al-Kautsar mempunyai standar sendiri. Standar halaman Pustaka Al-Kautsar, yaitu,
Ukuran kertas                           : legal (8,5 x 14 in)
Font                                        : Courier new
Style                                       : Body text
Size font                                 : 12
Marjin kanan dan kiri     : 2,5
Marjin atas dan bawah   : 2,5
Garis Spasi                          : 2 (dobel)
Before spacing                      : 0 pt
After spacing                        : 0 pt
Namun, format apa pun yang dipergunakan oleh seorang penerjemah, sebenarnya tidak begitu masalah. Karena redaksi akan selalu menyesuaikan dan menghitung ulang jumlah halaman yang diserahkan, tanpa mengurangi sedikit pun.
Catatan; Untuk catatan kaki, tetap menggunakan font sesuai aslinya (times new roman, ukuran 10, satu spasi). Karena biasanya, catatan kaki tidak panjang kalimatnya. Namun, jika catatan kaki atau footnote tersebut cukup panjang dan banyak/sering, maka redaksi akan mempunyai kebijakan tersendiri.

Struktur Buku Pustaka Al-Kautsar
1.       Bismillah
2.       Judul Buku (pertama)
3.       Penulis, Judul Buku, Penerjemah, Penerbit (Full Title)
4.       ISBN dan keterangan Buku (Copyright)
5.       Dustur Ilahi
6.       Persembahan (kalau ada)
7.       Pengantar Penerbit (bukan Kata Pengantar)
8.       Pengantar Penulis (bukan Kata Pengantar Penulis)
9.       Pengantar Penerjemah (kalau ada)
10.     Daftar Isi (Isi Buku)
-          Mukaddimah
-          Bab (Judul)
-          Sub-bab (Sub-judul)
-          Sub-sub-bab (Sub-sub-judul)
11.     Indeks (kalau ada)
12.     Daftar Pustaka
13.     Lampiran-lampiran (kalau ada)
14.     Tentang Penulis (kalau ada)
15.     Back Cover

Membuat Pengantar Penerbit
                Membuat pengantar penerbit adalah hak sekaligus kewajiban editor. Untuk itu, seorang editor harus bisa menulis. Minimal menulis pengantar penerbit dan back cover. Diusahakan pengantar penerbit cukup dua halaman sesuai ukuran buku.
                Menulis pengantar penerbit tidak perlu bertele-tele dan jangan terlalu jauh dari isi buku. Isi pengantar penerbit bisa berupa pengenalan tentang penulis berikut kelebihannya, isi buku secara global dan sistematikanya, hal-hal yang paling menarik dari isi buku, kelebihan buku tersebut dibandingkan buku-buku lain yang sejenis, membahas permasalahan yang serupa dengan isi buku, penyampaian kisah teladan yang bisa menggambarkan isi buku, dan lain-lain. Dan, jika memungkinkan, di akhir pengantar penerbit bisa juga ditulis sebagai penutup, bahwa mudah-mudahan buku tersebut bermanfaat bagi para pembaca serta kaum muslimin semuanya.
                Adapun jumlah halaman untuk pengantar penerbit ini, biasanya hanya dua halaman seukuran buku dimaksud. Jika bukunya berukuran besar, maka pengantarnya pun cukup dua halaman ukuran besar. Demikian pula apabila buku tersebut berukuran sedang atau kecil, maka pengantarnya disesuaikan. Namun, tidak menutup kemungkinan jika pengantarnya sampai empat halaman. Dan, sebaiknya dihindari membuat pengantar dengan jumlah halaman yang ganjil.

Membuat Back Cover
                Terdapat karakter tersendiri pada back cover dalam setiap buku terbitan Pustaka Al-Kautsar, yaitu:
-          Terdiri dari tiga paragraf
-          Paragraf pertama (biasanya) berisi mukaddimah atau pengantar
-          Paragraf kedua berisi sekilas tentang isi buku yang paling menonjol
-          Dan paragraf ketiga berisi tentang ajakan kepada pembaca untuk membaca dan memiliki buku tersebut.

Kiat Memeriksa Cover (di luar seni desain)
                Untuk menjaga cover (sampul buku) bebas atau minim dari kesalahan, diperlukan langkah-langkah pemeriksaan berikut:
  1. Judul
-          Apakah ada huruf yang kurang atau terbalik
-          Huruf besar dan kecilnya
  1. Nama Penulis
-          Apakah ada huruf yang kurang atau terbalik
-          Huruf besar dan kecilnya
-          Gelar, tanda titik, koma, dan penghubung. Misal; DR. M. Al-Husaini Ismail, MA.
  1. Logo Pustaka Al-Kautsar
-          Letak di sebelah kiri bagian bawah
-          Tulisan "Pustaka Al-Kautsar" di bawah logo
  1. Back Cover
-          Periksa perparagraf
-          Perhatikan huruf demi huruf; adakah yang kurang atau terbalik
-          Huruf besar dan kecilnya
-          Cermati titik komanya dan tanda-tanda baca.
  1. ISBN dan Barcode
-          Periksa nomor ISBN di bagian atas barcode
-          Angka-angka di bagian bawah barcode.
  1. Punggung Cover
-          Periksa judulnya (huruf yang kurang atau terbalik dan besar kecilnya)
-          Periksa nama penulisnya (huruf yang kurang atau terbalik dan besar kecilnya)
-          Periksa logo atau tulisan Pustaka Al-Kautsar.
Urutan dari paling atas; nama penulis, judul buku, dan logo atau nama Al-Kautsar

Yang Mesti Dilakukan Editor
                Di luar job description editor sebagai seorang karyawan, secara umum tugas editor adalah; membaca ulang naskah/buku yang akan terbit, mengoreksi, mengedit, dan memperbaiki suatu tulisan/terjemahan. Adapun secara spesifik, yang mesti dilakukan seorang editor, yaitu:
-          Menghitung jumlah halaman terjemah secara tepat dan proporsional.
-          Menyimpan file naskah sebaik mungkin dalam komputer.
-          Memberi tambahan penjelasan/keterangan di catatan kaki, jika dipandang perlu.
-          Memperbaiki gaya dan tata bahasa Indonesia yang kurang tepat, sehingga menjadi lebih mudah dibaca dan dipahami.
-          Membetulkan kesalahan penulisan/penerjemahan, baik dari segi EYD-nya maupun dari segi isi tulisannya.
-          Mengoreksi kesalahan penulisan nama-nama sahabat, para ulama, nama-nama kitab, nama-nama tempat, istilah-istilah (fikih, hadits, tafsir, dll), nama-nama surat dalam Al-Qur`an, dan sebagainya.
-          Menentukan mana yang harus diberi khat dan mana yang tidak perlu.
-          Membuang hal-hal yang dianggap tidak begitu penting, seperti; hadits-hadits maudhu', syair-syair, kisah-kisah yang tidak jelas sumbernya, dan sebagainya.
-          Membuat pengantar penerbit.
-          Membuat back cover.
-          Memeriksa cover.
-          Memeriksa halaman ISBN.
-          Memeriksa halaman Daftar Isi/Isi Buku.
-          Memeriksa judul kecil di bawah halaman.
-          Memeriksa catatan kaki.
-          Menentukan ayat Al-Qur`an atau hadits Nabi untuk dustur Ilahi.
-          Mencarikan sumber periwayatan hadits atau sanadnya, jika hadits dimaksud belum disebutkan perawinya, untuk kemudian diletakkan di catatan kaki atau langsung di belakang hadits.
-          Mencarikan nomor ayat dan nama suratnya, jika terdapat ayat yang tidak disebutkan nomor dan nama suratnya, untuk kemudian diletakkan di catatan kaki atau langsung di belakang ayat.

Pemakaian Huruf Tebal (Bold)
                Dipakai untuk penulisan bab, sub bab, judul, dan sub judul, nama surat-surat Al-Qur`an yang disebutkan setelah penulisan ayat,[9] serta hal-hal lain atau kata-kata yang dianggap perlu penekanan.

Pemakaian Huruf Miring (Italic)
                Untuk kata yang berasal dari bahasa asing, atau bahasa daerah, atau Bahasa Indonesia yang tidak baku, seperti; sih, nggak, kok, lho, lu, gue, dan lain-lain.  Juga untuk judul buku, judul makalah, terjemahan Al-Qur`an, dan terjemahan hadits, serta terjemahan syair.
                Untuk hadits, hanya terbatas pada sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam saja. Adapun perkataan sahabat, atau perawi; tetap ditulis dengan huruf reguler. Begitu pula dengan nama surat Al-Qur`an dan perawi hadits; tidak ditulis dengan huruf miring. Misal; Al-Baqarah: 1, HR. Al-Bukhari.

Pemakaian Huruf Kapital

                Dipakai untuk bab, sub-bab, judul, dan sub-judul. Untuk sub-bab dan sub-judul, haruf kapital hanya dipakai pada huruf depan saja.
Juga untuk penulisan kata Allah, nama nabi dan rasul, nama kitab suci, nama surat-surat Al-Qur`an, nama orang, nama gelar, nama kota, nama, negara, nama agama, judul buku, dan nama-nama lain-lain yang dianggap harus ditulis dengan huruf besar.
Kata yang menyertai nama orang (nabi, rasul, dan malaikat), nama perang, bahasa, Bani, dan sejenisnya; juga ditulis dengan huruf besar. Misal; Bapak Muhammad, Pak Umar, Ibu Aisyah, Bu Hafshah, Nabi Isa, Malaikat Jibril, Perang Badar, Perang Dunia I, Bahasa Inggris, Bani Israil, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Asy-Syafi’i, Imam Ahmad, dan seterusnya.
                Catatan; muslim, muslimin, mukmin, dan mukminin, ditulis dengan huruf kecil. Bukan kapital.

Yang Tetap Non-Kapital
                Tidak semua huruf ditulis kapital untuk judul bab, sub-judul, judul buku, judul artikel, kutipan bab kitab dalam catatan kaki, dan sebagainya. Kata-kata seperti;[10] dan, yang, dengan, kata ulang kedua (Buku-buku, Anak-anak, Orang-orang, dll.), tetap ditulis dengan huruf kecil. Kecuali apabila semua hurufnya ditulis dengan kapital, maka kata-kata tersebut juga ditulis dengan huruf kapital.
                Demikian pula halnya dengan kata-kata yang berasal dari asing (Arab atau Inggris, misalnya). Ada kata-kata tertentu yang tidak jauh berbeda dengan Bahasa Indonesia, yang ditulis dengan huruf kecil, sementara kata-kata yang lain ditulis dengan huruf kapital.

Pemakaian Garis Bawah (Under Line)
                Garis bawah ini jarang dipakai dalam penulisan naskah. Ia hanya dipakai untuk hal-hal yang dianggap penting, dan biasanya dalam masalah administrasi surat-menyurat dan keuangan.
                Catatan; Terkadang seorang penulis/penerjemah memberi garis bawah (under line) pada judul atau sub-judul. Hal ini tidak perlu dan keliru. Karena, tidak ada garis bawah untuk judul dan sub-judul.

Pemakaian Tanda Dalam Kurung
                Tanda kurung dipakai untuk penulisan nama surat Al-Qur`an setelah penyebutan ayat, nama perawi setelah penyebutan hadits, kata lain yang semakna, penjelasan singkat, dan sebagainya.
                Catatan; Tidak ada titik ataupun koma sebelum tanda tutup kurung, dan setelah tanda seru atau tanda tanya. Jadi, penulisan kalimat seperti ini adalah salah; (HR. Ibnu Majah dari Aisyah.). Yang benar, yaitu; (HR. Ibnu Majah dari Aisyah), dengan tanpa titik sebelum tanda tutup kurung.[11]

Pemakaian Tanda Kutip (“ … ”)
                Untuk penulisan terjemahan ayat, terjemahan hadits, perkataan seseorang, penyebutan judul buku, judul makalah, dan kata-kata yang dianggap penting, sebagai penekanan.

Pemakaian Tanda Petik (‘ … ’)
                Dipakai untuk kata yang mempunyai dua makna atau lebih. Atau kata yang menunjukkan arti lain dari kata yang ditulis.  Misal; Dia adalah ‘macan’ Jawa. Yang dimaksud “macan” dalam kalimat tersebut, adalah orang yang pemberani.

Titik dan Koma Dalam Tanda Kutip dan Petik
                Tanda baca koma dan titik ditulis sebelum tanda kutip/petik yang kedua, baik di tengah-tengah kalimat ataupun di akhir kalimat. Misal; Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,  “Dan Al-Qur`an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”  (Al-An’am: 155)
                Demikian seterusnya, apabila terdapat penyebutan kata atau kalimat yang bertanda petik atau tanda kutip, maka tanda koma atau titiknya ditulis sebelum tanda kutip/petik yang kedua.

Pemakaian Titik Dua (:)
- Dipakai untuk sesuatu atau hal-hal yang disebutkan pada baris berikutnya. Misal; Sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, yaitu:
1.       Abu Bakar Radhiyallahu Anhu
2.       Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu, dst.
- Untuk penyebutan nomor ayat dari Al-Qur`an. Misal; Al-An’am: 10.

Pemakaian Titik Koma (;)
-          Untuk menyebutkan penjelasan yang terdapat dalam satu kalimat.
-          Untuk memisahkan penjelasan sebelumnya yang sudah memakai tanda titik dua (:).
-          Untuk menyebutkan sub-sub-judul.  Misalnya,
Pertama; Sabar Ketika Ditimpa Musibah
Kedua; Sabar Untuk Tidak Melakukan Maksiat
                Catatan; Huruf yang jatuh setelah tanda titik koma adalah huruf besar, jika merupakan kalimat yang terpisah atau susunan kata yang dapat dibuat kalimat tersendiri. Adapun jika itu merupakan kalimat lanjutan yang menjelaskan kalimat sebelumnya, maka ditulis dengan huruf kecil.

Pemakaian Singkatan

- Tidak menyingkat swt, Swt, atau SWT, tetapi Subhanahu wa Ta’ala.
- Tidak menyingkat saw, Saw, atau SAW, tetapi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
- Tidak menyingkat as, atau AS, tetapi Alaihissalam, atau Alaihimassalam.
- Tidak menyingkat Ra, atau RA, tetapi Radhiyallahu Anhu, Radhiyallahu Anha,  atau Radhiyallahu Anhuma.

Singkatan-singkatan
                Pada dasarnya, tidak ada pemakaian singkatan dalam tulisan. Namun, untuk hal-hal tertentu yang dianggap terlalu panjang penyebutannya atau terlalu sering disebut, maka biasanya dipakai singkatan, untuk menyingkat. Dalam buku terbitan Pustaka Al-Kautsar, singkatan biasanya dipakai dalam catatan kaki.
Cet. (cetakan)
                Dkk. (dan kawan-kawan)
                Dll. (dan lain-lain)
                Dlsb. (dan lain sebagainya)
                Dsb. (dan sebagainya)
                Dst. (dan seterusnya)
                Edt. (editor)
                H. (Hijriyah, jika jatuh setelah tahun)
                H. (Haji, jika jatuh sebelum nama orang)
                Hlm. (halaman, bukan hal.)
                Jil. (jilid)
                Kor. (korektor)
                L. (lahir)
                M. (Masehi, jika jatuh setelah tahun)
                M. (meninggal, jika jatuh sebelum tahun)
                Pen. (penulis)
                Penj. (penerjemah, bukan pent.)
                Peny. (penyunting)
                Red. (redaksi)
                Sda. (sama dengan atas)
                T.p (tanpa penerbit)
                T.t. (tanpa tahun)
                Vol. (volume)
                W. (wafat)

Pemakaian Kata Ganti

                Untuk kata ganti orang pertama, diutamakan menggunakan kata “saya,” bukan “aku.” Kecuali untuk Allah, kata gantinya adalah “Aku” dengan huruf kapital.
                Kata ganti orang kedua, bisa kamu, kau, engkau, atau anda.[12] Tetapi, untuk penyebutan terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, memakai kata “engkau.”
                Kata ganti untuk orang ketiga;
-          Untuk Allah: Dia (dengan huruf kapital)
-          Untuk Nabi: beliau (bukan dia)
-          Untuk selain Allah dan Rasul-Nya: dia (huruf kecil). Bisa juga dengan “beliau, “ namun dengan catatan, bahwa orang tersebut adalah tokoh utama dalam konteks tulisan. Jadi, Abu Bakar dan Umar pun kata gantinya tetap “dia,” selama ada tokoh Nabi di sana

 

Pemakaian “Al”

                Dalam ilmu tajwid, hukum alif lam (Al) ada dua; Al qamariyah dan Al syamsiyah.
Apabila “Al”nya qamariyah, maka ditulis sesuai dengan kata berikutnya disertai tanda penghubung. Jika kata berikutnya besar, maka “Al”nya juga besar. Misal; Al-Bukhari, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Al-Khathab, Al-Qur`an, dan seterusnya.
                Dan apabila kata berikutnya kecil, “Al”nya juga kecil. Misal; al-qamar, al-huda, al-yad, al-qamus, al-asad, dan seterusnya.
                Adapun jika “Al”nya adalah “Al” syamsiyah, maka penulisannya mengikuti huruf sesudahnya. Misal; Asy-Syafi’i, An-Nasa`i, At-Tirmidzi, Ath-Thabarani, Az-Zaila’i, Ar-Rasyid, As-Sunan. Demikian, jika kata berikutnya berhuruf besar.
                Sedangkan jika kata berikutnya berhuruf kecil, maka ditulis dengan huruf kecil; asy-syams, ar-rijal, as-sa’ah, az-zaitun, at-tuffah, dan sebagainya.

Pemakaian Tanda ` dan ‘

                Tanda ` adalah untuk huruf hamzah. Misal; An-Nasa`i.  Sedangkan tanda ‘ adalah untuk huruf ain. Misal; Wallahu a’lam, Ar-Rafi’i…
                Tanda ` dan ‘ tidak (jarang) dipakai untuk huruf depan. Misal; ‘Ali (yang benar; Ali), ‘illat (yang benar; illat), dan sebagainya.
                Namun, untuk kata-kata tertentu yang sudah menjadi Bahasa Indonesia, penulisannya tidak memakai tanda ini. Misal; mukmin, mukminin, nikmat, manfaat, jamaah, rakaat, Jumat, dakwah, dai, dan sebagainya.

Penulisan Tanda Koma (,)[13]
                Tanda koma dipakai untuk:
       1.          Di antara unsur-unsur dalam suatu perincian. Misal; Ibu membeli durian, jeruk, dan pepaya.
       2.          Memisahkan kalimat setara yang didahului oleh kata seperti “tetapi” dan “melainkan.”
Contoh;          Ayah bukan ke Jakarta, melainkan ke Bandung.
Saya ingin pergi, tetapi hari hujan.
       3.          Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimat.
Contoh;          Karena sibuk, ayah tidak jadi pergi.
Jika hari hujan, ibu tidak akan pergi.
       4.          Di belakang tanda penghubung antara kalimat pada awal kalimat. Misalnya; Oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi,
       5.          Untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh;           Ibu berkata, “Saya lelah sekali.”
Allah berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman …. “
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah …. “
       6.          Untuk mengapit keterangan tambahan dan aposisi.
Contoh;          Aisyah, Istri Rasulullah, adalah salah seorang perawi hadits.
Catatan; Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh;                 Amir akan pergi ke kantor kalau badannya sehat.
Andi tidak membeli buku karena uangnya kurang.

Penulisan Partikel “Pun”

-          Ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya; Apa pun, dia pun, ibu pun, ini pun, dsb.
-          Disambung pada kata yang sudah padu. Contoh; Adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, meskipun, maupun, walaupun.

Penulisan Partikel “Lah”

                Partikel “lah” disambung untuk semua kata dengan satu pengecualian. Misal; engkaulah, di sanalah, kemarilah, Umarlah, dialah, sayalah, dst.
                Adapun satu pengecualiannya, yaitu jika partikel “lah” jatuh setelah lafazh Allah (lafzhul Jalalah). Partikel “lah” dipisah dengan disertai tanda penghubung, menjadi; Allah-lah.

Pemakaian Tanda Penghubung (-)
-          Tanda penghubung dipakai untuk kata ulang. Misal; orang-orang, sama-sama, pelan-pelan, negara-negara, dan sebagainya.
-          (Bisa) dipakai untuk kata-kata seperti; non-pribumi, antar-negara, pra-nikah, sub-judul, dan seterusnya.
-          Dipakai jika jatuh setelah (atau sebelum)[14] kata ganti lafazh Allah. Contoh; kekuasaan-Nya, utusan-Nya, ciptaan-Nya, untuk-Nya, hamba-Ku, dst.
Catatan; Tetapi, apabila sebelum kata ganti lafazh Allah sudah terdapat tanda penghubung, maka tidak perlu lagi diberi tanda penghubung. Misal; hamba-hambaNya, malaikat-malaikatNya, nabi-nabiNya, dsb.

Pemakaian Tanda ^ _ ¨
                Tanda ^ _ ¨ untuk menunjukkan panjang (mad) dan untuk membedakan antara huruf ha tipis dan ha tebal; tidak dipakai di Pustaka Al-Kautsar. Kata Arab yang dalam aslinya panjang, tetap ditulis tanpa tanda panjang, seperti menulis “aa,” “uu,” atau “ii,” misalnya. Cukup ditulis; Allah (bukan Allaah), Al-Qur`an (bukan Al-Qur`aan), Nabi Isa (bukan Nabi Iisaa), dan seterusnya.
                Catatan; Tetapi untuk kata yang memakai mad empat harakat atau lebih, terkadang ditulis dengan huruf dobel. Misal; Al-Maa`idah, Al-Israa`, dan Shaad.

Pemakaian Tanda Seru (!) dan Tanda Tanya (?)
                Tanda seru dan tanda tanya langsung disambung dengan kata sebelumnya. Misal; Cepat pergi! Apakah dia sudah pergi?
                Catatan; Kata yang jatuh setelah tanda seru atau tanda tanya adalah huruf kapital. Dan, tidak ada tanda titik ataupun koma setelah tanda seru dan tanda tanya.

Pemakaian “ke” dan “di”
-          Kata “ke” dan “di” dipisah jika dirangkai dengan kata tempat dan penunjuk waktu. Misal; ke Jakarta, ke atas, ke depan, ke belakang, ke rumah, ke sana ke sini, di luar,[15] di dalam, di sana, di sini, di kantor, di bumi, di langit, di Indonesia, di saat ini, di waktu itu, di kala, di musim kemarau, di malam hari, dan seterusnya.
-          Kata “ke” dan “di” disambung jika dirangkai dengan kata kerja dan kata penunjuk bilangan. Misal; kedua, ketiga belas, ditulis, ditanggapi, dipukul, dibarengi, dikaruniakan, diberi, dimasukkan, dibaca, dipelajari, disesuaikan, diamalkan, dan sebagainya.

Konsistensi Penulisan
                Konsisten dalam menulis suatu kata atau istilah tertentu merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus diperhatikan baik-baik oleh seorang penulis atau penerjemah. Apabila kita telah menulis kata ganti orang pertama dengan "aku," misalnya, maka jangan sampai pada alinea atau halaman lain menulisnya dengan "saya." Atau misalnya, jika telah menulis kata ganti orang kedua dengan "kamu," maka untuk selanjutnya juga harus ditulis "kamu," bukan "engkau" atau "anda."
                Konsistensi penulisan ini biasanya berkaitan dengan kata-kata atau istilah-istilah yang mempunyai padanan kata, tetapi tidak tepat jika ditulis dengan penyebutan yang berbeda. Misalnya, jika telah ditulis bahwa seorang anak memanggil orangtuanya dengan panggilan bapak ibu, namun di tempat lain ditulis dengan menggunakan kata panggilan pama mama; tentu suatu hal yang tidak tepat.
                Akan tetapi, apabila hal ini terjadi pada kata-kata atau istilah-istilah tertentu yang merupakan pengayaan dan variasi pemakaian kata, maka yang seperti justru bagus. Misalnya, menulis Nabi dan Rasul di tempat berbeda, atau menulis Abdullah bin Mas'ud dan Ibnu Mas'ud, atau aktivitas dan kegiatan, atau hujan deras dan hujan lebat, puasa dan shaum, dan lain sebagainya.
                Konsistensi ini bukan hanya dalam bacaannya saja, melainkan juga dalam tulisan hurufnya. Jadi, sangat tidak dibenarkan apabila sudah menulis kata "shalat," lalu menulis di tempat lain dengan "salat" atau "sholat." Atau, jika telah menulis "takwa," tetapi juga menulis "taqwa" di tempat lain.  Atau, menulis Imam Asy-Syafi'i, juga As-Syafi'i dan Syafi'i. Atau, Al-Baihaqi di satu tempat, dan Baihaqi (tanpa al) di tempat lain. Yang demikian, semuanya tidak dibenarkan. Dan untuk hal ini, bisa dilihat pada bab "Kata dan Istilah."

Penulisan Bahasa Indonesia yang Berstruktur Bahasa Arab/Asing
                Sesungguhnya masalah ini telah sedikit disinggung dalam bab "Catatan Bagi Penulis/Penerjemah." Akan tetapi, kami menganggapnya perlu untuk lebih mempertegasnya lagi dikarenakan sangat banyaknya kasus ini terjadi.
                Kita semua mengetahui, bahwa struktur Bahasa Indonesia berbeda dengan Bahasa Arab atau bahasa asing lainnya. Karena itu, perlu kami tekankan bahwa sangat tidak dibenarkan jika menerjemahkan buku dengan cara hanya memindahkan kata perkata saja secara letterledge/harfiyah tanpa ada usaha memperbaiki dan membetulkan terjemahan tersebut. Sehingga, susunan kalimat tersebut akhirnya menjadi seperti struktur bahasa aslinya, bukan seperti susunan Bahasa Indonesia yang benar. Akibatnya, kalimat itu pun menjadi sulit dipahami, bahkan tidak bisa dipahami, atau justru melenceng dari yang dimaksud oleh penulis alias salah menerjemahkannya.
                Hal seperti ini, menunjukkan tidak adanya amanah pada diri penerjemah dalam menerjemahkan. Selain itu, hal itu juga akan menghambat proses produksi penerbitan. Sebab, semakin lama suatu naskah diedit dan dikoreksi, maka akan semakin lama pula buku tersebut naik cetak. Lagi pula, tidak selayaknya memberikan terjemahan yang belum rapi dan benar kepada penerbit, untuk kemudian menyerahkan segala kesalahan terjemahan dan ketidakrapian susunan bahasanya kepada penerbit/editor. Akhirnya, tidak jarang editor seperti menerjemahkan ulang jika suatu terjemahan tidak diterjemahkan dengan baik dan amanah.

Penulisan Khat (Ayat dan Hadits)
                Untuk penulis dan penerjemah, tidak perlu menuliskan khat Arab (Al-Qur`an dan hadits) dalam tulisan/terjemahannya. Cukup ditulis terjemahannya saja. Karena tidak semua ayat dan hadits harus ditulis khatnya. Selain itu, redaksi memakai CD Al-Qur`an dan CD Kutub At-Tis’ah untuk penulisan khat.
                Adapun untuk editor, berhak menentukan khat mana yang harus ditulis dan mana yang tidak perlu ditulis. Dengan catatan, tidak terlalu banyak khat dan juga tidak terlalu sedikit khat, apalagi tidak ada khat sama sekali. Sebagai ukuran standar, untuk satu halaman buku cukup satu khat saja yang tidak terlalu panjang,[16] dan maksimal dua khat jika dipandang penting.
                Adapun cara menentukan khat mana yang perlu ditulis, cukup diketik kata “khat” di atas khat yang perlu ditulis, dengan memberi jarak satu spasi.

Penerjemahan Syair

                Sebagaimana ayat Al-Qur`an dan hadits, syair Arab juga tidak perlu ditulis khatnya. Bahkan, jika terdapat syair yang terlalu panjang, sebaiknya tidak usah diterjemahkan. Cukup syair yang pendek-pendek saja yang diterjemahkan. Itu pun, jika yang pendek-pendek ini cukup banyak dan sering ditampilkan oleh penulisnya, maka cukup sebagiannya saja yang diterjemahkan.
Catatan; - Jika dirasa terlalu sulit menerjemahkan syair, sebaiknya tidak perlu ditejemahkan.
- Usahakan menerjemahkan syair seindah aslinya, tanpa harus terpaku pada kata perkata secara letterledge.

Penulisan “Maha”
                Jika kata dasar, maka penulisannya disambung. Misal; Mahabesar, Mahatinggi, Mahamulia, Mahaperkasa, Mahakuat, Mahatahu, Mahaadil, dan sebagainya. Kecuali kata “Esa,” ditulis Maha Esa.
                Sedangkan apabila kata itu sudah dimasuki partikel lain, maka ditulis pisah. Misal; Maha Penyayang, Maha Pengasih, Maha Bijaksana, Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dan sebagainya.

Penulisan Bin dan Ibnu

                Bin dan ibnu mempunyai arti yang sama, yaitu anak. Tetapi, kata “bin” tidak pernah berada di awal kalimat dalam menyebut nama orang.[17]
                Untuk “bin,” ditulis dengan huruf kecil. Seperti; Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Umar, Said bin Jubair, Ahmad bin Hambal, dan lain-lain.
                Sedangkan “Ibnu” ditulis dengan huruf besar. Misalnya; Ibnu Az-Zubair, Ibnu Mas’ud, Ibnu Hambal, Ibnu Khuzaimah, dan sebagainya.
                Catatan;
-          Tidak bisa ditulis “Abdullah Ibnu Umar,” atau “Ahmad Ibnu Hambal.” Melainkan; Abdullah bin Umar dan Ahmad bin Hambal, atau Ibnu Umar dan Ibnu Hambal.
-          Apabila terdapat “al” setelah bin, maka ditulis demikian; Abdullah bin Az-Zubair, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Umar bin Al-Khathab, dlsb.
-          Jika terdapat “al” setelah ibnu, maka ditulis bersambung dengan “al”nya. Misalnya; Ibnul Qayyim, Ibnul Jauzi, Ibnul Arabi, Ibnul Hammam, dan seterusnya.
-          Namun jika “al”nya adalah syamsiyah, maka ditulis pisah. Misalnya; Ibnu Az-Zubair, Ibnu Az-Zamalkani, Ibnu Ash-Shalah, dll.

Penulisan Huruf “I” di Belakang Kata
                Huruf ya` mati atau dimatikan di akhir kalimat ditulis dengan huruf “i,” bukan dengan huruf “y.” Seperti; Ilahi, Al-Muzanni, Ibnul Jauzi, At-Tirmidzi, dll. Bukan; Ilahy, Al-Muzanny, Ibnul Jauzy, At-Tirmidzy, dll.

Penulisan Nama Surat Al-Qur`an

                Setelah penyebutan terjemahan ayat, cukup ditulis nama surat dan nomor ayatnya saja. Contoh; Al-Maa`idah: 12, Yunus: 33. Bukan “QS. Al-Maa`idah: 12,” “QS. Yunus: 33. Tidak memakai “QS” (Qur`an Surat). Dan juga tidak memakai penyebutan nomor surat.
                Tetapi, jika penyebutannya di dalam footnote, tidak mengapa memakai “QS,” tanpa menyebutkan nomor surat.
                Catatan; - Tidak ada spasi setelah tanda titik dua.
                                   - Tidak ada titik setelah tanda tutup kurung. Misal; (Al-Lail: 1-2) 

Penulisan Sanad Hadits
                Cukup perawinya saja yang ditulis, dan ditulis dalam tanda kurung, dengan menyingkat “hadits riwayat” menjadi “HR.” Dan juga bukan ditulis “Diriwayatkan oleh.” Jadi, yang benar yaitu; (HR. Al-Bukhari), (HR. Muslim), (HR. Malik), (HR. Abu Nuaim), (HR. Ath-Thayalisi), dan sebagainya. 
Untuk Muttafaq Alaih, tidak memakai HR. Melainkan langsung ditulis (Muttafaq Alaih), dengan huruf reguler, bukan italic. Dan, boleh juga ditulis dengan (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Terkadang, jika dianggap perlu, bisa juga ditulis seperti; (HR. Abu Dawud dan Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu), misalnya.

Penulisan Perawi, Kitab, dan Bab Dalam Hadits

                Penulisan yang biasa dipakai Pustaka Al-Kautsar dan diletakkan dalam catatan kaki, yaitu:
-          HR. Al-Bukhari, Kitab Al-Jumu’ah, Bab As-Siwak Yaum Al-Jumu’ah, 2/311.
-          Atau, Shahih Al-Bukhari Kitab Al-Jumu’ah, Bab As-Siwak Yaum Al-Jumu’ah, 2/311.
-          HR. At-Tirmidzi, Kitab Al-Asyribah, Bab Ma Ja`a fi Ar-Rukhshah fi Asy-Syurb Qa`ima, hadits nomor 1884.
-          Atau, Sunan At-Tirmidzi, Kitab Al-Asyribah, Bab Ma Ja`a fi Ar-Rukhshah fi Asy-Syurb Qa`ima (1884).
Catatan: Jika memakai “HR,” maka perawinya ditulis reguler. Namun, apabila langsung menyebutkan kitabnya, maka ditulis dengan italic. Sedangkan penyebutan “Kitab” dan “Bab,” ditulis dengan huruf italic kapital.

Penulisan Transliterasi

ا               :               a                                                              ب             :               b
                ت            :               t                                                               ث            :               ts
                ج             :               j                                                               ح             :               h
                خ             :               kh                                                           د              :               d
                ذ              :               dz                                                           ر             :               r
                ز             :               z                                                              س            :               s
                ش            :               sy                                                            ص          :               sh
                ض          :               dh                                                           ط             :               th
                ظ             :               zh                                                           ع             :               ‘
                غ             :               gh                                                           ف            :               f
                ق             :               q                                                              ك             :               k
                ل             :               l                                                               م              :               m
                ن             :               n                                                             و              :               w
                هـ             :               h                                                             ي             :               y
                ء              :               `
                Catatan; Transliterasi ini tidak saklek harus demikian. Sebab, ada kata-kata tertentu yang sudah menjadi Bahasa Indonesia yang terkadang tidak perlu memakai standar ini lagi. Misal; Sahabat, ulama, alim, saleh, takwa, takdir, dan sebagainya.

Nama-nama Surat Dalam Al-Qur`an

                1. Al-Fatihah                                       2. Al-Baqarah                                     3. Ali Imran                         4. An-Nisaa`                                       5. Al-Maa`idah                                   6. Al-An’am
                7. Al-A’raf                                            8. Al-Anfal                                           9. At-Taubah
                10. Yunus                                            11. Hud                                                                12. Yusuf
                13. Ar-Ra’d                                          14. Ibrahim                                          15. Al-Hijr
                16. An-Nahl                                        17. Al-Israa`                                        18. Al-Kahfi
                19. Maryam                                         20. Thaha                                             21. Al-Anbiyaa`
                22. Al-Hajj                                           23. Al-Mukminun                             24. An-Nur
                25. Al-Furqan                                     26. Asy-Syu’araa`                              27. An-Naml
                28. Al-Qashash                                  29. Al-Ankabut                                  30. Ar-Rum
                31. Luqman                                         32. As-Sajdah                                     33. Al-Ahzab
                34. Saba`                                               35. Fathir                                              36. Yasin
                37. Ash-Shaaffaat                              38. Shaad                                             39. Az-Zumar
                40. Ghafir                                             41. Fushshilat                                     42. Asy-Syura
                43. Az-Zukhruf                                  44. Ad-Dukhan                                  45. Al-Jatsiyah
                46. Al-Ahqaf                                       47. Muhammad                                 48. Al-Fath
                49. Al-Hujurat                                    50. Qaaf                                                51. Adz-Dzariyat
                52. Ath-Thur                                       53. An-Najm                                       54. Al-Qamar
                55. Ar-Rahman                                  56. Al-Waqi`ah                                   57. Al-Hadid
                58. Al-Mujadilah                               59. Al-Hasyr                                       60. Al-Mumtahanah
                61. Ash-Shaff                                      62. Al-Jumu’ah                                  63. Al-Munafiqun
                64. At-Taghabun                               65. Ath-Thalaq                                   66. At-Tahrim
                67. Al-Mulk                                         68. Al-Qalam                                      69. Al-Haaqqah
                70. Al-Ma’arij                                     71. Nuh                                                                72. Al-Jin
                73. Al-Muzzammil                           74. Al-Muddatstsir                           75. Al-Qiyamah
                76. Al-Insan                                        77. Al-Mursalat                                  78. An-Naba`
                79. An-Nazi’at                                   80. Abasa                                             81. At-Takwir
                82. Al-Infithar                                     83. Al-Muthaffifin                             84. Al-Insyiqaq
                85. Al-Buruj                                         86. Ath-Thariq                                    87. Al-A’la
                88. Al-Ghasyiyah                              89. Al-Fajr                                            90. Al-Balad
                91. Asy-Syams                                   92. Al-Lail                                            93. Adh-Dhuha
                94. Asy-Syarh                                     95. At-Tin                                             96. Al-Alaq
                97. Al-Qadar                                       98. Al-Bayyinah                                 99. Az-Zalzalah
                100. Al-Adiyat                                    101. Al-Qari’ah                                  102. At-Takatsur
                103. Al-Ashr                                       104. Al-Humazah                             105. Al-Fil
                106. Quraisy                                       107. Al-Ma’un                                    108. Al-Kautsar
                109. Al-Kafirun                                  110. An-Nashr                                   111. Al-Masad
                112. Al-Ikhlash                                  113. Al-Falaq                                      114. An-Nas

Nama-nama Rasul dan Nabi

                Adam, Idris, Nuh, Hud, Saleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayub, Dzulkifli, Syuaib, Yunus, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Alyasa’, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad, Uzair, Khidhr.

Nama-nama Malaikat

                Jibril, Mikail, Israfil, Izrail, Ridhwan, Malik, Munkar, Nakir, Raqib, Atid, Zabbaniyah.

Bulan Qamariah
                Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Rabiul Akhir, Jumadal Ula, Jumadal Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqa’dah, Dzulhijjah.

Nama-nama Madzhab, Aliran, dan Golongan
                Ahlu sunnah wal jamaah, Asy’ariyah, Mathuridiyah, madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, Zhahiri, Syi’ah, Zaidiyah, Muktazilah, Ahmadiyah, Shufiyah, Ibadhiyah,

Nama-nama Sahabat dan Sahabiyah[18]
                Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, Az-Zubair bin Al-Awwam, dan Said bin Zaid.
                Abbad bin Bisyr, Al-Abbas bin Abdil Muthalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abdullah bin Amr bin Al-Haram (Abu Jabir), Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi, Abdullah bin Jahsy, Abdullah bin Mas’ud, Al-Arqam bin Abil Arqam, Abdullah Al-Mughaffal, Abdullah bin Rawahah, Abdullah bin Salam, Abdullah bin Suhail bin Amr, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Ummi Maktum, Abdullah bin Az-Zubair, Abdullah Dzul Bijadain, Abdullah bin Unais, Abdurrahman bin Abu Bakar, Abu Basyir Al-Anshari (Qais bin Ubaid), Abu Abdirrahman Al-Juhani, Abu Ad-Darda`, Abu Al-Haitsam bin At-Tihan, Abu Arwa, Abu Ayub Al-Anshari, Abu Bashir, Abu Dujanah (Simak bin Kharasyah), Abu Dzar Al-Ghifari, Abu Jandal, Abu Humaid As-Saidi, Abu Hurairah Ad-Dausi, Abu Hudzaifah, Abu Lubabah bin Abdil Mundzir, Abu Ma’bad, Abu Musa Al-Asy’ari,
Abu Qatadah, Abu Salamah, Abu Said Al-Khudri, Abu Sufyan bin Al-Harits, Abu Sufyan bin Harb, Abu Thalhah, Abu Tsa’labah, Abul Ash bin Rabi’, Abu Ma’qil, Abyadh bin Hammal, Adi bin Hatim Ath-Tha`i, Adi bin Zaid, Adi bin Amirah Al-Kindi, Aisyah binti Abu Bakar, Al-Bara` bin Malik, Al-Fadhl bin Abbas, Al-Hasan bin Ali, Al-Harits bin Amr, Al-Husain bin Ali, Al-Khansa` binti Amr, Al-Miqdad bin Amr (Al-Miqdad bin Al-Aswad Al-Kindi), Al-Mughirah bin Syu’bah, Amir bin Al-Akwa’, Amir Ar-Rami, Amir bin Abi Umayyah, Amir bin Fuhairah, Amir bin Rabiah, Amir bin Syahr, Amir bin Watsilah, Amir bin Mas’ud, Amr bin Al-Ash, Amr bin Jamuh, Ammar bin Yasir, Anas bin Malik, Anas bin An-Nadhr, An-Nu’man bin Basyir, An-Nu’man bin Muqarrin, As’ad bin Sahl, As’ad bin Zurarah (Abu Umamah), Ashim bin Tsabit, Asma binti Abu Bakar, Auf bin Al-Harits Abu Waqid Al-Laitsi, Auf bin Malik,
Bilal bin Rabah, Buraidah bin Hushaib Al-Aslami, Busr bin Artha`ah, Busr bin Jahhasy, Busrah binti Shafwan, Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, Dhuba’ah binti Az-Zubair, Durrah binti Abi Lahab, Durrah binti Muadz (Fakhinah), Fairuz Ad-Dailami, Fathimah Az-Zahra, Fathimah binti Abi Hubaisy, Fathimah binti Qais, Habib bin Zaid, Habib bin Mikhnaf, Habib bin Maslamah Al-Fihri, Habibah binti Abi Tajrah, Habibah binti Sahl, Hafshah binti Umar, Hakim bin Hizam, Hakim bin Muawiyah, Hamzah bin Abdul Muthalib, Hanzhalah Al-Usaidi, Haritsah bin An-Nu’man, Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Hassan bin Tsabit, Hind bin Asma, Hindun binti Utbah, Ka’ab bin Iyadh, Ka’ab bin Malik, Ka’ab bin Murrah, Hindun binti Utbah, Hudzaifah bin Al-Yaman, Ikrimah bin Abi Jahal, Imran bin Hushain, Irbadh bin Sariyah, Iyas bin Abdillah, Ja’far bin Abi Thalib, Jabir bin Abdillah, Jabir bin Samurah, Jarir bin Abdillah, Julaibib, Juwairiyah binti Al-Harits, Jundab bin Sufyan Al-Bajali, Jundub Al-Azdi,[19] Jundub bin Makits Al-Juhani,
Ka’ab bin Ashim, Ka’ab bin Ujrah, Ka’ab bin Amr Abul Yasar, Khabbab bin Al-Arats, Khadijah binti Al-Khuwailid, Khalid bin Jabal Al-Udwani, Khalid bin Al-Walid, Khalid bin Said bin Al-Ash, Khansa binti Khidzam, Khaulah binti Tsa’labah, Khaulah binti Hakim As-Sulamiyah, Khaulah binti Qais, Khubaib bin Adi, Khuzaimah bin Tsabit, Khuzaimah bin Jaza`, Lubabah binti Al-Harits, Ma’an bin Adi, Ma’mar bin Abdillah, Ma’qil bin Abi Ma’qil Al-Asadi, Ma’qil bin Sinan Al-Asyja’i, Ma’qil bin Yasar, Maimunah Ummul Mukminin, Maimunah binti Kardam, Maimunah binti Sa’ad, Malik bin Al-Harits, Malik bin Al-Huwairits, Malik bin Atahiyah, Malik bin Rabiah, Malik bin Sha’sha’ah, Malik bin Abdillah, Malik bin Amr Al-Qusyairi, Malik bin Yasar As-Sakuni, Muadz bin Jabal, Muadz bin Amr, Muadz (Muawwidz) bin Afra`, Muaiqib Ad-Dausi, Muawiyah bin Abi Sufyan, Muhammad bin Abi Umairah, Muhammad bin Maslamah, Muhammad bin Amr bin Hazm, Mush’ab bin Umair, Nuaim bin Mas’ud, Nuaim bin An-Nahham, Nuaim bin Qa’nab, Nuaim bin Hazzal, Nuaim bin Hammar, Nusaibah binti Ka’ab,
Qais bin Sa’ad, Qais Al-Judzdzami, Qais bin Abi Gharazah, Qais bin Al-Harits, Qais bin An-Nu’man, Qais bin Sa’ad, Qais bin Ashim, Qais bin Makhramah, Qais bin Amr, Qatadah bin An-Nu’man, Qatadah bin Milhan, Rabiah bin Ka’ab Al-Aslami, Rabiah bin Al-Harits, Rabiah bin Amir, Rabiah bin Abbad Ad-Dili, Rabiah bin Amr, Rafi’ bin Amr Al-Muzanni, Rafi’ bin Amr Al-Ghifari, Rafi’ bin Khadij, Rafi’ bin Makits, Rafi’ bin Rifa’ah, Rafi’ bin Sinan, Ramlah binti Abi Sufyan (Ummu Habibah), Ruqayyah binti Rasulullah,
Sa’ad bin Khaitsamah, Sa’ad bin Muadz, Sa’ad bin Ubadah, Sa’ad bin Abi Dzubab, Sa’ad bin Al-Athwal, Sa’ad bin Ar-Rabi’, Said bin Amir Al-Jumahi, Said bin Amr (Abu Kabsyah Al-Anmari), Said bin Al-Ash, Said bin Huraits, Salamah bin Al-Akwa, Salamah bin Qais Al-Asyja’i, Salim Maula Hudzaifah, Samurah bin Junadah, Samurah bin Jundub, Samurah bin Fatik Al-Asadi, Salman Al-Farisi, Salman bin Rabiah As-Sahmi, Saudah binti Zam’ah, Shafiyah binti Huyay, Sumayyah binti Khubath, Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi, Suhail bin Amr, Suraqah bin Malik, Thalhah bin Amr, Thalhah bin Malik, Thulaihah bin Khuwailid, Thufail bin Amr, Tsabit bin Qais, Tsabit bin Ash-Shamit, Tsabit bin Adh-Dhahhak, Tsabit bin Wadiah, Tsumamah bin Utsal Al-Hanafi, Ubadah bin Ash-Shamit, Ubadah bin Qurth, Ubaid bin Ghiyats, Ubay bin Ka’ab, Ubay bin Imarah, Ubay bin Malik, Umaimah binti Ruqaiqah, Umair bin Al-Hammam, Umair bin Sa’ad, Umair bin Wahab Al-Jumahi, Umair Maula Abi Al-Lahm, Umair bin Salamah Adh-Dhamri, Umair bin Habib, Umairah Ummu Ka’ab, Ummu Aiman, Ummu Athiyah, Ummu Hani, Ummu Humaid As-Saidi, Ummu Kurz, Ummu Ma’bad, Ummu Salamah, Ummu Sulaim binti Milhan, Ummu Syarik Al-Amiriyah, 
Uqbah bin Amir Al-Juhani, Uqbah bin Al-Harits, Uqbah bin Amr (Abu Mas’ud Al-Anshari), Uqbah bin Malik, Usaid bin Hudhair, Usaid bin Zhuhair Al-Anshari, Usaid bin Malik, Usamah bin Zaid, Usamah bin Syarik, Usamah bin Umair Al-Hudzali, Utbah bin Abd As-Sulami, Utbah bin An-Nuddar, Utbah bin Farqad, Utbah bin Ghazwan, Utsman bin Affan, Utsman bin Mazh’un, Utsman bin Abi Al-Ash Ats-Tsaqafi, Utsman bin Hunaif, Utsman bin Thalhah, Ukasyah bin Mihshan, Wahsyi bin Harb, Yasir bin Amir Al-Kindi, Yazid bin Abi Sufyan, Zaid bin Arqam, Zaid bin Haritsah, Zaid bin Al-Khathab, Zaid bin Tsabit, Zaid Al-Khair, Zaid bin Ash-Shamit (Abu Ayyasy Az-Zuraqi), Zaid bin Kharijah, Zaid bin Khalid Al-Juhani, Zaid bin Sahl (Abu Thalhah), Zaid bin Mirba’ Al-Anshari, Zainab binti Abi Salamah, Zainab binti Jahsy, Zainab binti Rasulullah, Zainab binti Amir (Ummu Ruman), Zainab Ats-Tsaqafiyah, Zainab binti Nubaith, dan lain-lain.

Nama-nama Tabi’in dan Tabi’ut-tabi’in
                Abdul Malik bin Umar bin Abdil Aziz, Abu Amr bin Hammas, Abu Bakar bin Abdirrahman, Abu Bakar bin Muhammad bin Amr, Abu Hazim Salamah bin Dinar Al-A’raj, Abu Said Al-Maqburi, Abul Aswad Ad-Duali, Al-Auzai’i, Al-Fudhail bin Iyadh, Ali bin Al-Husain bin Ali, Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakar, Alqamah bin Qais An-Nakha’i, Atha` bin Abi Rabah, Atha` bin Yasar, Bisyr bin Al-Harits, Busr bin Said, Ibnu Abi Dzuaib, Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Makhul Asy-Syami, Masruq bin Al-Ajda’, Mujahid bin Jabr, Muhammad bin Al-Munkadir, Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Muhammad bin Ka’ab Al-Qurazhi, Raja` bin Haiwah, Said bin Al-Musayyib,[20] Said bin Abi Maryam, Said bin Jubair, Salim Maula Abdullah bin Umar, Shafwan bin Sulaiman Az-Zuhri, Sufyan bin Uyainah, Sulaiman bin Yasar, Syaqiq bin Salamah, Syarik bin Abdillah bin Abi Namir, Syuraih bin Al-Harits, Thawus bin Kaisan, Ubaid bin Umair Al-Laitsi, Ubaidullah bin Abdullah, Umar bin Abdil Aziz, Umar bin Al-Munkadir, Urwah bin Az-Zubair, Uwais Al-Qarni, Wahab bin Munabbih, Wuhaib bin Al-Warad, Zam’ah bin Shalih,  Ziyad bin Abi Ziyad, dll.

Nama-nama Khalifah
                Khulafaur-rasyidin; Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khathab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.
                Bani Umayyah; Muawiyah bin Abi Sufyan, Yazid bin Muawiyah, Muawiyah bin Yazid, Marwan bin Al-Hakam, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdil Malik, Sulaiman bin Abdil Malik, Umar bin Abdil Aziz, Yazid bin Abdil Malik, Hisyam bin Abdil Malik, Al-Walid bin Yazid, Yazid bin Al-Walid bin Abdil Malik, Marwan bin Muhammad Al-Hammar.
                Bani Abbasiyah; Abul Abbas As-Saffah, Abu Ja’far Al-Manshur, Muhammad Al-Mahdi bin Al-Manshur, Musa Al-Hadi bin Al-Mahdi, Harun Ar-Rasyid bin Al-Mahdi, Muhammad Al-Amin bin Harun, Al-Makmun bin Harun, Al-Mu’tashim Billah bin Harun, Al-Watsiq Billah bin Al-Mu’tashim, Al-Mutawakkil Alallah bin Al-Mu’tashim, Muhammad Al-Muntashir bin Al-Mu’tashim, Ahmad bin Muhammad bin Al-Mu’tashim, Al-Mu’taz bin Al-Mutawakkil, Al-Muhtadi Billah bin Al-Watsiq, Al-Mu’tamad Alallah bin Al-Mutawakkil, dst.

Imam-imam Madzhab

                Imam Abu Hanifah (An-Nu’man bin Tsabit), Imam Malik bin Anas, Imam Asy-Syafi’i (Muhammad bin Idris), Imam Ahmad bin Hambal, Imam Dawud Azh-Zhahiri, dll.

Imam-imam Hadits

                Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasa`i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Malik, Ad-Darimi, Ath-Thabarani, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ath-Thayalisi, Abu Nuaim, Ibnu Hibban, Ibnu Abdil Bar, Ibnu Adi, Ibnu Asakir, Ibnu Abi Ad-Dunya, Said bin Manshur, Al-Bazzar, Ad-Daruquthni, Abu Ya’la, Ibnu Abi Syaibah, Ad-Dailami, Ibnu Khuzaimah, Abd bin Humaid, Ath-Thahawi, dll.

Ulama Hadits

                Ali bin Al-Madini, Yahya bin Main, Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam An-Nawawi, Ibnul Qayyim, Ibnul Jauzi, Asy-Syaukani, Ibnu Taimiyah, Al-Haitsami, Adz-Dzahabi, Al-Qasthalani, Al-Albani, Abdul Fattah Abu Ghuddah, As-Suyuthi, Al-Mundziri, Al-Ashfahani, Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Ash-Shalah, dll.

Ulama fikih

                Abu Yusuf Al-Qadhi, Muhammad Hasan, Zufar bin Al-Hudzail, As-Sarkhasi, Abu Ubaid, Ath-Thahawi, As-Samarqandi, Al-Kasani, Ibnul Hammam, Az-Zaila’i, Ibnu Abidin, Ibnu Nujaim, Ad-Dahlawi, Al-Baji Al-Andalusi, Ibnu Rusyd, Ibnul Qasim, Asyhab, Ibnu Wahab, Ibnu Juza, Al-Qarafi, Ad-Dasuqi, Khalil Al-Khirsyi, Abu Ishaq Asy-Syairazi, An-Nawawi, Al-Muzanni, Al-Buwaithi, As-Subki, Asy-Syarbini Al-Khathib, Asy-Syarqawi, Al-Baijuri, As-Suyuthi, Al-Mawardi, Asy-Sya’rani, Ibnu Qudamah, Al-Buhuti, Abu Ya’la, Abu Al-Barakat, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Rajab, Ibnu Hubairah, Ibnu Hazm, Syaikh Sayyid Sabiq, dll.

Ulama Tafsir

                Ibnu Jarir Ath-Thabari, Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, Ibnu Athiyah, Abu As-Su’ud, As-Suyuthi, An-Nasafi, Al-Alusi, Al-Khazin, Az-Zamakhsyari, Al-Fakhrurrazi, Abu Hayyan, Al-Qasimi, Al-Baidhawi, Al-Baghawi, Al-Maraghi, Sayyid Quthb, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha, Ibnu Asyur, Ibnu Qutaibah, Asy-Syaukani, dll.

Ulama Sirah/Tarikh

                Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam, Al-Waqidi,[21] Ath-Thabari, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, Ahmad Syakir, Abu Nuaim, As-Suyuthi, Abul Khathib Al-Baghdadi, Ibnu Khallikan, Ibnul Atsir, dll.

 

Ulama-ulama Besar Lain

                Imam Al-Ghazali, Ibnu Daqiq Al-Id, Al-Juwaini, Ibnul Atsir, Ibnul Jazari, Ibnu Sina, Al-Izz (Al-Azz) bin Abdussalam, Al-Haitami, As-Sakhawi, Al-Ajluni, Ash-Shan’ani, Asy-Syathibi, Ibnu Arafah, Az-Zarkasyi, Al-Qaffal, Abu Syamah, Al-Khudhari, Al-Jaziri, Al-Asnawi, Al-Ashfahani, Al-Mazzi (Al-Mizzi), Az-Zarkali, Al-Amidi, Ibnu Aqil, Asy-Syahrastani, Ibnu Az-Zamalkani, Ibnu Khaldun, Ibnu Nafis, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Muhammad bin Abdul Wahab, Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Abul A’la Al-Maududi, Hasan Al-Banna, Said An-Nursi, dll.

Kitab-kitab Hadits
                Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan An-Nasa`i, Musnad Ahmad, Al-Muwaththa`, Sunan Ad-Darimi, Shahih Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Khuzaimah, Syu’ab Al-Iman, Al-Mustadrak, Sunan Al-Kubra, Al-Mu’jam Al-Kabir, Al-Mushannaf, Fath Al-Bari, Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, Majma’ Az-Zawa`id, dll.

Kitab-kitab Tafsir
                Jami’ Al-Bayan fi Tafsir Al-Qur`an, Al-Jami’ fi Ahkam Al-Qur`an, Al-Muharrar Al-Wajiz, Tafsir Al-Qur`an Al-Azhim, Madarik At-Tanzil wa Haqa`iq At-Ta`wil, Irsyad Al-Aql As-Salim Ila Mazaya Al-Qur`an Al-Karim, Ruh Al-Ma’ani, Mafatih Al-Ghaib, Al-Bahr Al-Muhith, Al-Kasysyaf ‘An Haqa`iq At-Tanzil, Ad-Durr Al-Mantsur fi At-Tafsir bi Al-Ma`tsur, Al-Jalalain, Ahkam Al-Qur`an, Fath Al-Qadir, Tafsir Al-Manar, Fi Zhilal Al-Qur`an, Shafwatu At-Tafasir, Al-Asas fi At-Tafsir, dll.

Kitab-kitab Fikih
                Al-Umm, Ar-Risalah, Al-Kharaj, AL-Amwal, Al-Asybah wa An-Nazha`ir, Al-Mughni, Bada`i' Ash-Shana`i', Al-Mabsuth, At-Tamhid, Kasysyaf Al-Qina’, Al-Furuq, Mawahib Al-Jalil, Al-Mahshul, Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam, Irsyad Al-Fuhul, Al-Majmu’, Nihayatu Al-Muhtaj, Bidayatu Al-Mujtahid wa Nihayatu Al-Muqtashid, Al-Mankhul, Subul As-Salam, Ghayatu Al-Muntaha, A’lam Al-Muwaqqi’in, Nail Al-Authar, Al-Fiqh ‘Ala Al-Madzahib Al-Arba’ah, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Fiqh As-Sunnah, Fiqh Al-Wadhih, dll.

Kitab-kitab Tarikh dan Sirah
                Tarikh Al-Umam wa Al-Muluk, Al-Bidayah wa An-Nihayah, Siyar A’lam An-Nubala`, Tarikh Al-Islam, Al-Kamil fi At-Tarikh, At-Tarikh Al-Islami (Mahmud Syakir), Usud Al-Ghabah, Tarikh Baghdad, Shifatu Ash-Shafwah, Tarikh Al-Khulafa`, Al-Awashim Min Al-Qawashim, As-Sirah Al-Halabiyah, As-Sirah An-Nabawiyah, Zad Al-Ma’ad, Ar-Rahiq Al-Makhtum, Nur Al-Yaqin, dll.

Kitab-kitab Kamus/Mu’jam
                Lisan Al-Arab, Mukhtar Ash-Shihah, Al-Qamus Al-Muhith, Al-Mu’jam Al-Wasith, Al-Mu’jam Al-Mufahras, Taj Al-Arus, Mu’jam Al-Buldan, An-Nihayah fi Gharib Al-Atsar, Al-Mawrid, Al-Munjid, dll.

Kata dan Istilah

Allah (bukan Alloh, Allaah)
Adzab (bukan azab)
Adzan (bukan azan)
Al-Qur`an (bukan al-quran, al-Qur`an, Al-Quran)
Ahlu sunnah (atau Ahlu sunnah wal jamaah)
Akidah (bukan aqidah)
Akhirat (bukan akherat)
Akhlak (bukan akhlaq)
Akikah (bukan aqiqah, akekah)
Aktif (dengan “f,” bukan aktiv)
Aktivitas (dengan “v,” bukan aktifitas)
Amar makruf nahi mungkar (bukan amar ma’ruf nahyu munkar)
Amin (penutup doa, bukan amien)
Anugrah (bukan anugerah)
Anda (dengan A besar, bukan anda)
Antar… (digandeng; antarnegara, antarpulau)
Apotek (bukan apotik)
‘Arsy (dengan italik)
Ashar (non-kapital, bukan asar)
Autobiografi (bukan otobiografi)
Baligh (bukan balig)
Bani Israil (bukan Bani Israel)
Barangsiapa (disambung, bukan barang siapa)
Besuk (mengunjungi orang sakit, bukan bezuk)
Bid’ah (bukan bidah)
Cerita (bukan ceritera)
Dai (bukan da’i)
Daripada (bukan ketimbang)
Detil (bukan detail)
Dhaif (bukan dha’if)
Dhuafa (bukan dhu’afa`)
Dhuha (bukan dluha)
Doa (bukan do’a)
Eksklusif (bukan ekslusif)
Eksploitasi (bukan exploitasi)
Faedah (bukan faidah)
Faqih (ahli fikih, bukan fakih)
Fasik (bukan fasiq)
Fikih (bukan fiqih, fiqh)
Fir’aun (bukan Firaun)
Fondasi (bukan pondasi)
Fotokopi (atau photo copy, bukan photokopi, fotocopy)
Gaib (bukan ghaib)
Grup (atau group, dengan italic)
Guncang (bukan goncang)
Terguncang (bukan tergoncang)
Hadits (bukan hadis, hadist)
Hafal (bukan hapal)
Hakekat (bukan hakikat)
Hari Kiamat (dengan huruf kapital)
Husnul khatimah (dengan italic)
                Husnuz-zhan (dengan italic)
iblis (non-kapital, kecuali di awal kalimat/paragraf/judul)
Id (bukan ied, ‘id)
Idul Adha (bukan adlha)
Idul fithri (bukan iedul fithri)
Indeks (bukan index)
Israel (bukan Israil, negara)
Istiqamah (bukan istiqomah)
Istri (bukan isteri)
Isu (atau issue, bukan issu, isyu)
Isya atau isya` (non-kapital, bukan isyak)
Jadwal (bukan jadual)
Jamaah (bukan jama’ah, jemaah)
Jika (apabila, bukan bila. Bila = kapan)
Justru (bukan justeru)
Kabar (bukan khabar)
Kaidah (bukan kaedah)
Karir (bukan karier)
Karunia (bukan kurnia)
Keislaman (bukan ke-Islaman, ke-Islam-an)
Kerja sama (bukan kerjasama)
Khazanah (bukan khasanah)
Khulafaur-rasyidin (bukan Khulafa` rasyidin)
Khusyu’ (bukan khusyuk)
Khutbah (bukan khotbah)
Komplein (atau complaint)
Komprehensif (bukan konprehensif)
Konkret (bukan konkrit)
Korma (bukan kurma)
Konsekuensi (bukan konsekwensi)
Kontinyu (atau continue)
Kualitas (bukan kwalitas)
Kuantitas (bukan kwantitas)
Kyai (bukan kiai, kiyai)
Lafazh (atau lafal, tergantung konteks)
Maaf (bukan ma’af)
Madinah (bukan Medinah)
Maghrib (bukan magrib)
Mahram (untuk wanita yang haram dinikahi, bukan muhrim)[22]
Makkah (bukan Mekkah, Mekah)
Makrifat (bukan ma’rifat)
Makruf (bukan ma’ruf)
Makshum (bukan ma’shum)
Manfaat (bukan manfa’at, mamfaat)
Masjid (bukan mesjid)
Maslahat (bukan mashlahat)
Maudhu’ (bukan maudlu’)
Mengubah (bukan merubah)
Menyobek (bukan merobek)
Metode (bukan methode, metoda)
Modern (bukan moderen)
Motivasi (bukan motifasi)
Muadzin (bukan muazin)
Muamalah (bukan mu’amalah)
Mudharat (bukan mudlarat, mudarat)
Mukaddimah (bukan muqaddimah)
Mukmin (bukan mu`min)
Muktabar (bukan mu’tabar)
Muktamar (bukan mu`tamar)
Munafik (bukan munafiq)
Mushaf (bukan mushhaf)
Mushalla (bukan musholla, musola)
Nasehat (bukan nasihat)
Nasrani (bukan Nashrani)
Neraka Jahanam (bukan Jahannam, jahanam)
Obyektif (bukan objektif)
Onta (bukan unta)
Orangtua (disambung; ayah dan ibu)
Orang tua (dipisah; untuk orang yang lebih dewasa)
Paham (bukan faham)
Paska (bukan pasca)
Peduli (bukan perduli)
Pembaru (bukan pembaharu)
Pembaruan (bukan pembaharuan)
Pemukiman (perumahan penduduk permanen)
Penerjemah (bukan penterjemah)
Pengarang (untuk yang menulis karya fiksi)
Penulis (untuk yang menulis buku/artikel ilmiah)[23]
Perilaku (bukan prilaku)
Permukiman (untuk orang-orang yang dibuatkan rumah sementara)
Pikir (bukan fikir)
Poin (bukan point)
Praktik (bukan praktek)
Putra (bukan putera)
Putri (bukan puteri)
Qaradhawi (bukan Qardhawi, Qardlawi)
Rahimahullah (dengan kapital dan italic)
Rakaat (bukan raka’at)
Rapi (bukan rapih)
Kerapian (bukan kerapihan)
Rezeki (bukan rejeki, rizki)
Ridha (bukan ridla)
Riil (nyata, tampak)
Risiko (bukan resiko)
Riya (bukan riya`)
Ruh (bisa juga roh, tergantung konteks)
Ruku’ (bukan rukuk)
Rute (atau route, dengan italic)
Sahabat (bukan shahabat)
Salafus-shalih (bukan salaf saleh)
Saleh (bukan shalih)
Salehah (bukan shalihah)
Sandal (bukan sendal)
Sebagian (bukan sebahagian)
Sekadar (bukan sekedar)
Sekular (bukan sekuler)
Separo (bukan separoh, separuh)
Setan (bukan syetan, syaithan)
Shadaqah (bukan sedekah)
Shahih (bukan saheh, sahih)
Shalat (bukan solat, sholat, salat, sembahyang)
Shalawat (bukan salawat)
Silaturrahim (bukan silaturrahmi, shilaturrahim)
Sistem (bukan sistim)
Sobek (bukan robek)
Subyektif (bukan subjektif)
Sufi (bukan shufi)
Sunat (atau khitan)
Sunnah (bukan sunah)
Sutra (bukan sutera)
Su`ul khatimah (dengan italic)
Su`uzh-zhan (dengan italic)
Syafaat (bukan syafa’at)
Syaikh (bukan syekh, syeikh)
Syair (bukan sya’ir)
Syariat (bukan syari’at)
Shalat (bukan sholat, solat, atau salat)
Subuh (non-kapital, bukan shubuh)
Surga (bukan syurga, sorga)
Taat (bukan ta’at)
Menaati (bukan mentaati)
Takabur (bukan takabbur)
Takdir (bukan taqdir)
Taksi (bukan taxi)
Takwa (bukan taqwa)
Talak (untuk cerai, bukan thalaq)
Tampak (bukan nampak)
Tanggung jawab (dipisah, bukan tanggungjawab)
                Pertanggungjawaban (bukan pertanggungan jawab)
Taubat (bukan tobat)
Taufik (bukan taufiq)
Tawadhu’ (bukan tawadlu’)
Tawakal (bukan tawakkal)
Telaah (bukan tela’ah)
Teladan (bukan tauladan)
Telpon (bukan telepon)
Tentram (bukan tenteram)
Tetapi (bukan tapi)
Tur (atau tour, dengan italic)
Ubah (bukan rubah –hewan)
                Mengubah (bukan merubah)
Umat (bukan ummat)
Umrah (bukan umroh)
Ustadz (bukan ustad, Ustaz)
Wallahu a’lam (dengan italic)
Wudhu (bukan wudlu)
Zaman (bukan jaman)
Zhalim (bukan dzalim, dhalim)
Zina (bukan zinah)
Zuhur (non-kapital, bukan zhuhur)

Khatimah

                Ini jelas klise. Namun, memang harus diakui bahwa coretan ini masih banyak kekurangan, kekeliruan, kesalahan, dan mungkin ketidakkonsistenan (!). Jujur saja, memang hanya sebatas inilah kemampuan kami. Dan, jikalau ada yang tidak benar itu, semoga bisa diperbaiki dan disempurnakan di kemudian hari. Untuk itu, masukan dan kritik membangun dari siapa pun yang mengetahui masalah ini sangat kami nanti. Akhirul kalam, walhamdulillahi Rabbil alamin. <

Jakarta, 20 Desember 2004
Abduh Zulfidar Akaha



[1] Jangan sekali-kali menerjemahkan kalimat atau kata-kata yang tidak diketahui artinya secara sembarangan. Karena, jika penerjemah sendiri tidak dapat memahami apa yang dia terjemahkan, maka mustahil pembaca dapat memahaminya. Pahamilah terlebih dahulu isi paragraf atau kalimat secara keseluruhan. Setelah itu, silahkan terjemahkan secara bebas asal tidak keluar dari maksud yang dikehendaki penulis.
[2] Malam dan lailatul; mempunyai arti yang sama.
[3] Karya terjemah yang telah diterima redaksi, harus disertai dengan buku/teks aslinya. Karena, buku aslinya akan dijadikan pegangan redaksi dalam proses editing. Penerbit tidak akan menerbitkan suatu buku terjemahan yang belum diedit dengan mengacu pada buku aslinya.
[4] Tentang teknis pembelian dan pembayaran naskah, ada aturan tersendiri dari penerbit yang lebih terperinci.
[5] Ini untuk yang pembayaran sistem royalti. Adapun untuk yang pembayaran sistem pembelian putus, maka dia hanya berhak mendapatkan sepuluh buah bukunya pada cetakan pertama saja, tidak pada cetakan berikutnya.
[6] Diharapkan, penerjemah memberitahukan terlebih dahulu kepada redaksi/penerbit minimal sehari sebelumnya, jika akan datang ke kantor untuk menyerahkan hasil terjemahannya yang sudah selesai. Ini demi kesiapan administrasi.
[7] Untuk mengetahui buku hasil terjemahannya sudah terbit atau belum; penerjemah dapat melihat pada majalah Suara Hidayatullah dan Media Dakwah, yang terbit setiap bulan.
[8] Pada prinsipnya demikian. Namun, penerbit berhak untuk langsung membayar honor 100% kepada penerjemah saat itu juga, jika dianggap memungkinkan atau dikarenakan satu dan lain hal.
[9] Misal; Al-Fatihah: 1.
[10] Apabila tidak di awal kalimat.
[11] Kecuali jika kata dalam tanda kurung tersebut berupa singkatan. Misal; (Penj.), (Edt.), (Red.), dst.
[12] Jika orang kedua di sini adalah orang yang langsung kita ajak berbicara (misalnya; pembaca), maka kata “Anda” ditulis dengan huruf kapital.
[13] Sub-judul tentang pemakaian tanda koma ini dikutip dari makalah “Standar Penerjemahan dan Penulisan Naskah Pustaka Al-Kautsar” yang lama, yang disusun oleh Bapak Iman Sulaiman.
[14] Contoh yang sebelum, bisa dilihat pada sub-judul sebelumnya.
[15] Kata “keluar,” dan “kemari,” disambung karena sudah menjadi satu suku kata.
[16] Apabila khatnya terlalu panjang, maka cukup ditulis artinya saja.
[17] Kecuali sedikit nama-nama tertentu yang telah masyhur dengan penyebutan “bin” di depan. Seperti; Bin Baz dan Bin Ladin, misalnya. Meskipun, dalam tulisan Arab (asli)nya tetap saja ditulis Ibnu Baz dan Ibnu Ladin.
[18] Disusun berdasarkan abjad, mulai alinea kedua. Alinea pertama adalah sepuluh orang sahabat yang dijamin oleh Allah dan Rasul-Nya pasti masuk surga.
[19] Ada Jundab, dan ada juga Jundub. Ini dua nama dengan orang yang berbeda.
[20] Bisa juga dibaca “Al-Musayyab.”
[21] Sebagian pengamat tarikh ada yang berpandangan negatif tentang Al-Waqidi ini. Wallahu a’lam.
[22] Muhrim, adalah orang yang sedang melaksanakan ihram pada saat umrah atau haji.
[23] Pengarang mempunyai makna berbeda dengan penulis. Semua buku-buku yang diterbitkan Pustaka Al-Kautsar adalah karya-karya ilmiah non-fiksi. Kami selalu menghindari penyebutan pengarang untuk buku/karya/artikel yang bersifat ilmiah. Penulisan yang benar, adalah; Fath Al-Bari karya Ibnu Hajar (Bukan karangan Ibnu Hajar), penulis kitab Al-Muhalla (bukan pengarang kitab Al-Muhalla). Dst.

Posted by Pelatihan blog4 on 06.12. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added