Breaking News:
|
Anda ingin beramal?, satu klik anda sangat berharga bagi kami, silakan klik iklanSittidibawah ini, setelah itu bagikan artikel ini, terimakasih kami ucapkan kepada anda

Jakarta berspekulasi

Penulis : Ekta Yudha Perdana

Pesta demokrasi baru saja selesai dari kota yang terkenal dengan ; gedung pencakar langit, mall yang berderet disepanjang jalan ibu kota, sampai urusan banjir, macet dan pemukiman kumuh. Stigma itu tak akan pernah terlepas dari kota yang berpenduduk lebih kurang 12,5 juta jiwa itu. Pak Foke sapaan akrab dari Fauzi Bowo yang didukung oleh banyak partai masih tidak mampu mengalahkan Pak Jokowi, yang mempunyai nama lengkap, Jokowi Widodo dalam pemilihan Gubernur Jakarta untuk periode 2012-2017.


Yang patut disyukuri dari pemilihan gubernur Jakarta adalah berjalannya pemilihan dengan aman dan tertib. Tidak ada kerusuhan, tidak ada kecurangan dan manipulasi data. 

Konsep dari demokrasi berjalan baik. Pak Foke sudah berpuluh - puluh tahun kerja di pemerintahan Jakarta tapi kinerja yang diberikan olehnya masih jauh dari harapan warga Jakarta. Dari macet, banjir, pemukiman kumuh, birokrasi yang lambat, ketimpangan sosial, ketidakadilan terhadap orang miskin, penggusuran sesuka hati, transportasi yang semerawut dan sebagainya.

Warga Jakarta ingin perubahan, Ibu kota negara Indonesia ingin bersaing dengan kota - kota yang ada di dunia dan ingin maju seperti kota lain di dunia. Tentunya Jakarta sebagai barometer kemajuan negara. Kalau Jakarta saja masih jauh dari kompetitif kota - kota maju di dunia, bagaimana Indonesia masih ingin diakui menjadi negara yang berwibawa di mata dunia internasional, kalau permasalahan yang klasik itu masih jauh dari pembenahan?

Jadi solusinya adalah Jakarta perlu pemimpin baru, Jakarta memerlukan konsep baru. Pak Jokowi memberikan banyak konsep untuk kemajuan Jakarta yang tidak dimiliki oleh Pak Foke. Sebab menurut Pak Jokowi, APBD Jakarta itu mencapai 140 Triliun, angka yang luar biasa banyaknya. Kalau digunakan untuk sekolah gratis, kesehatan gratis, transportasi, tentu sangat cukup untuk bisa merubah tata kota Jakarta yang sudah rusak ini.

Ketika keberpihakan banyak partai untuk mendukung Pak Foke dalam putaran kedua sangat mengejutkan banyak pihak, sebab diketahui Pak Foke adalah sosok pemimpin yang mempunyai konsep kurang bagus dalam tata kota dan birokrasi yang tidak terkelola dengan baik dan beliau adalah seorang pemimpin yang kurang mendengar masukan dari orang lain, sebagaimana yang dikatakan oleh Pak Yusuf Kalla.

Yang pastinya, semua pun tahu tentang kinerja beliau selama 5 tahun menjabat jadi orang nomor satu di Jakarta. Motor partai tidak berjalan lancar walau pertama kali mendengar banyaknya partai mendukung,  cukup membuat risau kubu Pak Jokowi, tapi dengan sifat kesetiaan warga Jakarta untuk terus mendukung Pak Jokowi sampai kursi Gubernur dapat diraih dan tidak akan menyerah walapun ratusan partai mendukung Pak Foke, ditambah statment keoptimisan Pak Jokowi ketika banyaknya partai yang mendukung Pak Foke, dengan tegas beliau berkata,

 " Kami berkoalisi dengan rakyat..! ". 

Maka pada waktu itu seolah – olah rakyat tidak sejalan dengan partai, rakyat adalah konstituen dan partai hanya sebagai penggerak. Bahkan banyak mandat partai yang tidak di dengar oleh anggotanya, sebab apa yang dikatakan oleh partai untuk terus memberikan dukungan terhadap Pak Foke  tidak sejalan dengan hati nurani.

Hati dan perintah partai tidak seimbang, tidak mungkin ketika kita melihat kumuhnya Jakarta, tata kota yang tidak tersusun dengan rapi, keberpihakan terhadap investor dari pada pasar tradisonal, kemacetan yang menjadi ciri khas Jakarta, transportasi umum yang jauh dari standart tidak mungkin para konstituen masih memilih Pak Foke untuk menjadi Gubernur, yang dilihat kinerjanya masih lemah dan tidak sesuai harapan warga Jakarta. Walaupun banyak partai yang melakukan kontrak mahar dengan Pak Foke.

Banyak simpatisan partai bahkan kader partai tidak memilih Pak Foke untuk menjadi Gubernur yang kedua kalinya, itu hal yang wajar. Jika kita lihat bagaimana Jakarta selama 5 tahun ini tidak terlihat hasilnya, hanya bangunan pencakar langit yang semakin tinggi, kemacetan yang semakin tidak teratur, pemukiman kumuh semakin banyak. Maka itu yang membuat warga Jakarta bosan dengan keadaan seperti itu. 

Warga Jakarta ingin solusi yang kongkrit, walau Pak Jokowi dan Pak Basuki dari kota kecil ; Solo dan Belitung Timur, tapi mereka berpengalaman dalam mengelola tata kota dan berhasil di kota mereka masing – masing, bukan sekadar kata tanpa bukti, semua ini sebab kinerja beliau yang memuaskan banyak pihak.

Pak Foke pun dipilih kembali oleh sebagaian warga Jakarta bukan sebab beliau ini pakar dalam permasalahan Jakarta, melainkan wakil Pak Jokowi itu Kristen yang ditakutknya akan memimpin Jakarta dan ditakutkan Pak Jokowi berpindah rel ke kursi Presiden sebelum jabatannya habis. Itu yang ditakutkan banyak pihak, tapi itu kemungkinan kecil, sebab :

Tak lama setelah menjadi pemenang quick count semua lembaga survei, Pak Jokowi kembali mengumumkan janji-janjinya. Sebagian janji ini mengulang apa yang diungkapkannya semasa kampanye, tapi sebagian adalah komitmen baru. Inilah 6 janji yang perlu ditagih setelah pria kelahiran Solo berusia 51 tahun itu menjadi Gubernur

1- Berinteraksi dengan warga walau di gang Kumuh

 "Kelak jika kami resmi menjadi Gubernur dan wakil Gubernur, tak akan lelah kami bekerja untuk Anda mengunjungi gang kumuh, jalan besar. Mulai pasar tradisional, kompleks, gedung-gedung, untuk berjuang bersama mewujudkan Jakarta baru,". 

 2- Tak Main Proyek 

Jokowi mengaku akan mengelola keuangan APBD secara baik dan tidak 'bermain' proyek. "Saya memang berasal dari lingkungan dunia usaha, usaha saya seratus persen ekspor. Di Solo sama di sini juga sama. Jadi tidak pernah bermain yang namanya proyek," ujar Jokowi dalam jumpa pers di Pos Pemenangan Jokowi-Ahok, Jalan Borobudur No 22, Menteng, Jakarta Pusat. Pak Jokowi mengaku keluarganya banyak yang menjadi pengusaha. Namun, Jokowi menegaskan dirinya tidak akan memanfaatkan jabatan untuk usaha keluarganya. "Beberapa saudara saya memang pengusaha, tapi masyarakat dan media dapat mengawasi nantinya," ujarnya.

3- Tidak Pakai Voorijder 

Voorijder adalah petugas pembuka jalan yang bertugas juga melakukan pengawalan keamanan. Semasa kampanye, Jokowi berjanji tidak akan memakai voorijder yang kadangkala memicu macet. Setelah menang quick count, janji itu diulanginya lagi. "Tidak pakai pengawalan," ucap Jokowi di Posko Pemenangan Jokowi-Ahok, Jalan Borobudur No 22, Jakarta Pusat. Menurut Jokowi, penggunaan pengawalan bukanlah gayanya. Gaya tersebut kemungkinan besar juga akan diikuti oleh wakilnya Ahok. "Bukan gaya Saya pakai pengawalan seperti itu. Mas Basuki juga Saya rasa seperti itu," terangnya.

4- Kartu Pintar dan Sehat 

Jokowi telah memiliki program 100 hari di bidang kesehatan dan pendidikan yang akan direalisasikannya setelah dilantik sebagai DKI-1 pada 7 Oktober nanti. "Saya sudah sampaikan dalam waktu 100 hari kartu 'Jakarta Sehat' dan 'Jakarta Pintar' sudah harus terbit," ujar Jokowi dalam jumpa pers di Posko Pemenangan Jokowi-Ahok, Jalan Borobudur No 22, Menteng, Jakpus, Kamis (20/9/2012). 

5- Rombak Birokrasi dan Mudah Diakses

Jokowi juga berjanji merombak sistem birokrasi di pemerintahan provinsi DKI Jakarta. "Saya rasa birokrasi yang mental melayani sudah bisa dilakukan dalam waktu 3 bulan Saya kerja," Pak Jokowi yang menjadi bintang berkat media massa, juga berjanji akan membangun hubungan baik dengan media setiap saat. Dia mengaku siap dihubungi 'pemburu berita' sepanjang hari.

Masyarakat yang memerlukannya juga akan dilayaninya. "Saya juga akan akses kepada media yang ingin wawancara selama 24 jam penuh, Saya layani. Semuanya. Masyarakat juga boleh. Tapi kalau bisa yang penting-penting saja. Kalau tidak penting, ya nggak usah. Karena saya melihat media sebagai alat kontrol di segala hal, jangan sampai ada informasi-informasi yang tidak terungkap ke publik. Jadi saya tidak mau tutup tutupi informasi ke publik, ya melalui media itu," . 

6- Janji 5 Tahun Pimpin Jakarta 

Isu Joko Widodo akan maju di Pemilu Presiden 2014, sempat membuat calon dengan nomor urut 3 ini terpojok. Tapi Jokowi menegaskan komitmennya memimpin Jakarta lima tahun bila nanti terpilih. "Sudah saya sampaikan, berbelas-belas kali. Komitmen Saya sudah Saya tegaskan, Jokowi komitmen. Itulah janji dari Pak Jokowi, tinggal bagaimana nanti ke depannya. 

Moga Jakarta bisa menjadi lebih baik lagi ke depan. terbukti isu SARA yang selalu dihembuskan oleh pihak Pak Foke tidak begitu berpengaruh terhadap warga Jakarta, sebab rakyat Jakarta pemilih yang rasional, pemilih yang cerdas. Jadi isu seperti itu tidak akan berpengaruh oleh rakyat Jakarta yang mempunyai intelektulitas yang cukup tinggi. memang kalau kita boleh katakan bahwa Pak Jokowi berkoalisi dengan rakyat, bukan dengan partai politik yang kadang meminta mahar dari dukungannya. PDIP dan Gerinda saja yang mendukungnya, kalau kita lihat dari Pak Foke, partai - partai penguasa mendukung beliau, tapi dukungannya tidak membuahkan hasil. Buat apa membohongi hati kita untuk memilih pemimpin yang tidak memberikan keberpihakan terhadap rakyat dan mendahulukan investor?

Media sangat berpengaruh atas terpilihnya Pak Jokowi menjadi gubernur Jakarta. Karenanya visi dan misi yang disampaikan oleh Pak Jokowi diketahui oleh masyarakat luas. Bahkan pemilih setia Pak Jokowi menang atas lawannya Pak Foke di markaz partai - partai pendukung Pak Foke, memang kekalahan Pak Foke itu mutlak sebab warga Jakarta sudah tidak ingin lagi dipimpin oleh orang seperti beliau. Jadi mau bagaimana pun besarnya dukungan partai, kalau orangnya seperti Pak Foke? ratusan partai pun yang dukung beliau, belum tentu bisa duduk di kursi Gubernur. isu SARA yang dimainkan oleh pendukung Pak Foke tidak laku, malah itu bumerang buat mereka.

Isu seperti itu silakan dimainkan tahun 60-an, tapi tidak untuk sekarang, rakyat sudah banyak tahu tentang semua ini. Rakyat bukan konstituen bodoh yang bisa termakan dengan isu seperti itu. SARA yang selalu diserang oleh kubu Pak Foke membuat orang banyak yang simpati terhadap kubu Pak Jokowi, bukan malah menjauh untuk tidak memilih Pak Jokowi.

Pak Foke juga nampak pemimpin yang terlalu emosional, sebaiknya sebagai pemimpin itu tidak mengedepankan emosi dan mengedepankan ego.

Ketika dikritik Pak Foke dalam debat kandidat, lihat bagaimana Pak Foke menangggapinya dan cara menjawab beliau? Tinggi suara dan nampak meninggikan diri. Jadi kalau seorang pemimpin yang perlu pengawal untuk menjalani tiap kerja di Jakarta, apakah dengan ini beliau merasakan macetnya Jakarta? Mengetahui kumuhnya Jakarta? tiap apa - apa banyak pengawal, ke sana sini.

Tapi Pak Jokowi beliau tidak mau menggunakan pengawal, sebab beliau ingin merasakan macetnya Jakarta, bagaimana warga merasakan itu semua. Jauh sekali akhlak Pak Jokowi dengan Pak Foke dalam berkerja. Pak Foke mengatakan bahwa semua sikapnya bersandar terhadap Al-Quran, bukti sederhana adalah penggusuran dengan paksa. Apakah itu diajarkan oleh Al-Quran? Jadi isu agama yang suka dijadikan motor penggerak konstituen untuk memilih Pak Foke tidak laku bahkan dicemooh oleh orang - orang, sebab bermain bukan dari visi dan misi, melainkan dengan isu agama.

Kriminal di Jakarta yang sangat tinggi, membuat Jakarta semakin jauh dari aman. Kalau naik angkot takut ada pemerkosaan, naik busway takut ada pelecehan seksual, naik mobil pribadi pasti macet. Sungguh Ibu kota yang sudah sakit.

Jakarta itu kota terbesar di Asia Tenggara, memang tidak bisa dibenahi dengan sekali jalan, tapi mempunyai proses yang panjang dan warga Jakarta tahu tentang itu semua, yang diinginkan adalah tiap tahun itu nampak ada bangunannya, ada yang baru dibuat oleh pemerintah.

Kalau hanya bersuara bahwa Jakarta itu besar, semua orang tahu. Kerja nyata itu lebih penting dari hanya sekadar teori di atas kertas. Lahan terbuka hijau, itu semakin sedikit. Sebab Pak Foke selalu membangun mall - mall yang banyak, tidak dibatasi. yang menyebabkan taman diganti dengan mall, pohon ditebang buat supermarket. Jakarta semakin panas, tidak ada ruang hijau, tidak ada saluran penyerapan air kalau datang hujan.

Kurang optimal dalam sterilisasi sungai yang ada di Jakarta, sampah dimana mana. Pemukiman kumuh yang ada ditepi sungai - sungai di Jakarta tidak dirubah. Tata kota yang rusak, tata kota yang hancur, itulah Ibu kota negara Indonesia. Moga akan datang Jakarta bisa menjadi lebih baik, lebih sejahtera dan lebih maju.

Kemenangan Jakarta adalah kemenangan Indonesia, sebab Jakarta adalah barometer kemajuan negara dan menjadi contoh buat provinsi yang lain dalam memajukan provinsinya, bagaimana perkembangan Jakarta selepas dipimpin oleh tokoh yang berkoalisi dengan rakyat, mari bersama kita saksikan pergerakan dan aksinya 5 tahun  kedepan untuk Jakarta dan untuk Indonesia.

Posted by Pelatihan blog4 on 12.29. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added