Breaking News:
|
Anda ingin beramal?, satu klik anda sangat berharga bagi kami, silakan klik iklanSittidibawah ini, setelah itu bagikan artikel ini, terimakasih kami ucapkan kepada anda

Marhab Ya Syahr Mubarok

Ramadhan
Oleh: Muhammad Syafi`i Tampubolon

Prakata Dan Pandangan
Tidak terasa, tamu agung itu akan datang menghampiri kita, tamu agung itu tidak pandang bulu, ia akan menghampiri yang muda, tua, kaya, miskin, kuat dan lemah, sebab standartnya adalah islam, baligh dan berakal, ini ditinjau dari sisi hukum syariat.
Ini adalah suatu kehormatan bagi umat islam secara umum dan secara khusus kepada orang-orang yang beriman. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
Terjemahannya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. 2: 183
Ayat ini sudah sangat bermasyarakat, sehingga hampir tidak ada lagi umat islam yang baligh dan berakal tidak mengetahuinya. Walaupun hanya sehari atau 15 hari saja imannya terpanggil untuk melakukan perintah ini, banyak orang yang menyadari jika dirinya adalah orang yang beragama islam, namun tidak semua orang menyadari jika dirinya kurang terpanggil untuk menjadi orang-orang yang beriman.

Secara tekstual, ayat ini hanya menyeru orang-orang yang beriman saja, namun secara kontekstual dari sisi syari`at maka ayat ini tidak menafikan orang-orang yang beragama islam. Pertanyaannya adalah: “Apakah ada perbedaan antara islam dan iman?”. Secara umum, semua orang mau beragama islam dikarenakan beriman (Yakin) kepada Allah S-W-T. Tidak dipungkiri bahwa beriman kepada Allah itu tidak hanya sebatas islam, disana ada sebuah syari`at yang harus dilaksanakan sebagai bukti aplikasi dari sebiah keimanan. Hampir semua orang yang beragama islam mati-matian membela agamanya dari serangan orang-orang yang tidak beragama islam. Ia rela mengorbankan jiwa dan raganya agar agamanya tidak ternoda. Namun berapa banyak orang islam yang mampu membela dirinya dari hal-hal yang diperintahkan oleh syari`at islam?.

Dari evaluasi pengalaman yang sudah-sudah bahwa terkadang ada rasa bahagia ketika mendengar berita dari koran-koran, dari mulut kemulut bahwa tamu agung itu akan datang, dan bahkan sebaliknya, ada rasa was-was, takut dan resah, disebabkan ada beberapa kebiasaan yang nantinya tidak dapat dilakukan. Ini hanya gambaran secara umum dari evaluasi keimanan seseorang dalam hal melaksanakan sebuah perintah syari`at yang sifatnya tahunan. Namun dari sini kemungkinan besar kita dapat menilai sampai dimana sudah titik keimanan itu menempati posisinya.

Rehabilitasi Dan Hikmah

Umat islam diberikan amanah oleh Allah S-W-T untuk melaksanakan puasa dibulan ramadhan melalui sebuah perantara yang disebut dengan syari`at, amanah ini hanya berlangsung selama 30 hari. Banyak sudah para ilmuan dari sisi kedokteran yang meniliti apa arti dari semua pelaksanaan puasa itu, namun semua memberikan nilai positif bahwa tidak ada orang yang akan mati karna berpuasa, namun banyak orang mati dikarenakan kelaparan. Begitu juga halnya orang-orang yang meneliti dari sisi sosial, mereka juga memberikan nilai positif, bahwa umat islam diajarkan untuk merasakan apa yang sering dirasakan oleh orang-orang yang dapurnya tidak mengeluarkan kepulan asap.

Disisi lain juga islam mengingatkan orang-orang yang telah diberikan nikmat melalui harta, mereka diberikan kesempatan untuk melakukan kewajiban mereka yang sifatnya tahunan, walaupun itu terkadang jatuh tempo bukan pada waktu bulan ramadhan. Begitu juga halnya dengan para fakir miskin, selama setahun mereka telah bersembunyi dengan segala kekurangan mereka, namun ketika telah datang tamu agung itu mereka para fakir miskin sangat bahagia, sebab mereka diberikan kesempatan untuk menyampaikan unek-unek mereka dibulan ramadhan, sebab orang-orang kaya itu akan merasa terpanggil jiwanya dikarenakan sudah merasakan sedikit dari apa yang dirasakan oleh saudara-saudaranya yang selama ini kelaparan.

Banyak sekali hikmah yang didapat dari kehadiran tamu agung itu, baik dari sisi rehabilitasi dan juga sosial. Secara syari`at melaksanakan puasa itu adalah ibadah, 30 hari full dengan nilai-nilai ibadah, dari mulai bangkit dari peristirahatan dipagi hari hingga kembali istirahat dimalam hari semua dihitung ibadah oleh Allah S-W-T. Namun tentunya semua itu diawali dengan niyat, sebab pondasi dari semua itu menjadi nilai ibadah adalah niyat. Dengan terciptanya sebuah syaria`t itu adalah satu tanda bahwa Allah memberikan satu jalan kepada hambanya untuk bersyukur. Bukti dari salah satu tanda bersyukurnya seorang hamba adalah melaksanakan syaria`t tersebut, dengan beribadah berarti hamba itu telah bersyukur kepada Allah S-W-T. Jika seorang hamba menghitung-hitung pahala ibadahnya, sesungguhnya itu belum cukup untuk membayar nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadanya وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. 14:34”. Maka dari sini ada ulama yang mengatakan bahwa hikmah dari sebuah pelaksanaan ibadah itu adalah tanda seoarang hamba itu bersyukur kepada Tuhannya. (حكمة التشريع و الفلسفة/علي أحمد الجرجاوي ج 1 ص 133)

Syari`at juga bukan hanya sekedar syaria`t, namun syari`at itu juga dikatakan amanah. Secara rehabilitasi bahwa bulan ramadhan itu akan mendidik dan mengajar orang-orang yang dikunjunginya untuk meng-aplikasikan didikannya selama sebulan tersebut, sebulan dididik untuk menghadapi masa 11 bulan, kita tidak mengatakan siapa yang gagal, tapi yang benar adalah siapa yang telah berhasil dan lulus untuk bertemu dibulan yang sama, maka setiap kehadiran bulan ramadhan akan selalu memberikan ajaran dan didikan yang baru. Jika usia kita seumpama 60 tahun, maka 45 ajaran dan didikan akan kita terima dari bulan ramadhan. Maka dari itu makhluk tersebut telah menunaikan amanah Allah selama 16425 hari dari apa yang telah termaktub dari sebahagian rukun islam dan juga rukun iman. Bukankah syaria`t itu sebuah amana Allah yang ditetapkan kepada hambaNya yang sudah mukallaf?.

Dari sini kita bisa melihat jumlah orang-orang yang nantinya masuk surga tanpa hisab, beruntunglah orang-orang yang masuk surga dengan izin Allah disebabkan seseorang itu tidak melaksanakan amanah tersebut. Bukankah orang yang menunaikan amanah itu adalah orang-orang yang bertakwa?, sedangkan definisi singkat takwa adalah orang-orang yang takut, tunduk, patuh dan menjauhi larangan Allah serta melaksanakan semua perintahNya sesuai dengan kemampuan masing-masing per-individual?.

Formalitas

Didalam Al Qur`an Allah mengatakan: الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, 2:3”.

Pendidikan hanya sebatas formalitas diatas sebuah kertas yang dinamakan dengan Ijazah. Sedangkan didikan yang diterima kebanyakan disimpan didalam laci keberuntungan untuk berharap membuka laci orang-orang yang beriman dengan mengatakan bahwa ini wajib dan itu sunnah, sedangkan yang lain hanya bernaung dibawah kata “Saya masih tanggungan, saya masih penuntut yang butuh diperhatikan”. Bagaimana dengan ayat itu?. Apakah ayat itu memandang manusia-manusia yang berlindung dibawah judul?. Sedangkan disekelilingnya tidak melihat judul, sebab mereka tidak membutuhkan judul, namun mereka membawa judul. Yang diharapkan adalah 6000 orang bisa menyelamatkan nasib 100 orang, namun yang diharapkan formalitas adalah 100 orang menyelamatkan 6000 orang dengan berbagai sub judul yang mereka tawarkan dengan iming-iming pahala dan surga, sepertinya mereka tidak menyukai surga, namun mereka lebih menyukai mental pengemis daripada menumbuhkan rasa sosial dalam diri yang dilindungi Undang-undang ke-Tuhanan.

Penutup Dan Kesimpulan

Dari pemaparan awal hingga akhir, tidak ada maksud untuk menyinggung perasaan kaum muslimin dan muslimat, begitu juga halnya dengan kaum mu`minin dan mu`minat, mari kita terima tamu agung itu dengan lapang dada, mari kita terima didikannya dengan istiqomah, mari kita rangkul saudara-saudara kita yang selama ini telah kita abaikan, mari kita coba memperhatikan mereka walaupun hanya setahun sekali, gembirakan hati mereka dengan apa yang kita miliki, mari belajar memperhatikan sekeliling kita.

Kita meyakini bahwa iman itu akan semakin bertambah dan mungkin akan semakin dewasa dengan adanya sebuah pelaksanaan, kita juga mungkin meng-aminkan bahwa Allah tidak melihat berapa banyak yang telah kita buat, namun Allah akan melihat sejauh mana usaha kita ketika berbuat. Kita mungkin berharap bahwa semoga ada orang-orang yang memperhatikan kita, namun apakah kita tidak berharap untuk memperhatikan orang-orang yang ada disekeliling kita, atau bahkan lebih jauh dari itu?.
Wallahu A`lam. 

Posted by Pelatihan blog4 on 13.30. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response

Blog Archive

Recently Commented

Recently Added